Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 31 Mei 2024

Megaproyek di Sumatera dan Kalimantan Kikis Populasi Macan Dahan Sunda

Pembangunan Nusantara, Jalan Raya Pan Borneo, dan Tol Trans-Sumatera mengancam macan dahan sunda. Populasinya menyusut.

Macan dahan sunda (Foto: iNaturalist.org/Chien Lee)

MACAN dahan sunda (Neofelis diardi). Anda baru dengar? Ini spesies predator arboreal yang menjadi kunci ekosistem hutan Kalimantan dan Sumatera. Deforestasi dan pembangunan membuat spesies macan dahan sunda kian tersudut.

Tiga proyek infrastruktur di dua pulau itu adalah pembangunan Jalan Raya Pan Borneo (Pan Borneo Highway), Jalan Tol Trans-Sumatera, dan ibu kota baru Indonesia, Nusantara. Menurut studi di jurnal Science of the Total Environment, ketiga mega proyek tersebut akan mengikis konektivitas dan populasi macan dahan sunda.

Konstruksi Kayu

Habitat inti macan dahan sunda sudah sangat terfragmentasi. Di Sumatera, habitatnya hanya 13% dari luas pulau yang tersebar di beberapa tempat. Di Kalimantan, habitatnya lebih besar, yakni 34% dari luas pulau. Namun, hanya 15% dari angka tersebut yang mendapat status perlindungan.

Sebagai predator puncak, macan dahan sunda adalah tolak ukur untuk mengukur kesehatan ekosistem secara keseluruhan. Proyek pembangunan yang masif telah menghilangkan habitat dan konektivitas mereka. Apalagi, mereka memiliki tingkat reproduksi yang lambat. Dalam dua dekade terakhir, sepertiga habitat inti macan dahan sunda telah lenyap dan populasi mereka menurun. Tak heran jika IUCN memasang status rentan (vulnerable) terhadap spesies ini.

Pembangunan, khususnya jalan darat, punya dampak signifikan terhadap habitat satwa. Dalam studi di 2014, seperlima spesies mamalia darat di Asia Tenggara terancam oleh jaringan jalan. Membangun jalan tak hanya memecah populasi satwa liar. Tapi juga membuka akses yang lebih mudah bagi pembukaan hutan, perburuan, pertanian, dan lainnya. 

Sejauh ini, ada 28 habitat inti macan dahan sunda yang telah teridentifikasi di Kalimantan. Mencakup lanskap hutan primer di Heart of Borneo. Beberapa habitat masih dihubungkan oleh serangkaian koridor berhutan.

Pembangunan Pan Borneo Highway, jalan yang akan menghubungkan Malaysia, Brunei, dan Indonesia, akan berdampak besar pada konektivitas kawasan lindung. Dari studi, sekitar 5% dari total kehilangan konektivitas terjadi di lahan yang dilindungi. Berdasarkan studi lain, rute yang melintasi Kalimantan, Indonesia (Jalan Raya Trans-Kalimantan) saja akan melintasi 25 kawasan lindung.

Hal serupa tentu juga akan terjadi di wilayah Malaysia. Pada 2019, sebuah studi yang dipublikasikan di Biological Conservation, menunjukkan pembangunan infrastruktur di Sabah, termasuk Pan Borneo Highway, akan mengurangi konektivitas habitat macan dahan sunda hingga 23%. Populasinya juga akan mengalami penyusutan hingga 63%.

Selain Pan Borneo Highway, pembangunan ibu kota baru Indonesia, Nusantara, akan menghasilkan pengurangan konektivitas hutan yang signifikan. Khususnya untuk hutan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, termasuk Pegunungan Meratus yang merupakan benteng pertahanan macan dahan sunda. Berita baiknya, Nusantara telah mengeluarkan rencana untuk memastikan 65% wilayahnya adalah hutan hujan tropis.

Di Sumatera, Jalan Tol Trans-Sumatera, yang membentang 2.700 kilometer menimbulkan gangguan terhadap konektivitas macan dahan sunda. Sejauh ini, habitat macan dahan sunda yang relatif besar di Sumatera ada di ekosistem Leuser dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Serta ada tujuh area habitat yang lebih kecil dan terisolasi. Pembangunan jalan, khususnya yang dibangun di dekat Taman Nasional Gunung Leuser, akan mengisolasi populasi macan dahan sunda di antara bagian timur dan barat.

Ikuti percakapan tentang satwa liar di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain