ADA kurang lebih 44.000 spesies yang sudah terdokumentasikan sebagai spesies terancam punah, menurut data IUCN. Banyak aksi konservasi sudah dilakukan untuk menyelamatkan puluhan ribu spesies terancam punah tersebut. Pertanyaannya, apakah usaha konservasi itu memberikan dampak bagi perlindungan keanekaragaman hayati?
Dalam studi di jurnal Science, usaha konservasi yang kita lakukan selama ini mampu menghentikan, bahkan membalikkan, hilangnya keanekaragaman hayati. Studi tersebut melihat dampak dari intervensi konservasi secara global dengan menganalisis 186 studi dan 665 uji coba dalam satu abad terakhir.
Hasil analisis tersebut menemukan bahwa 66% dari tindakan konservasi yang diteliti memberikan dampak positif terhadap keanekaragaman hayati. Tindakan konservasi itu adalah pembentukan dan pengelolaan kawasan lindung, pemberantasan spesies invasif, pengelolaan ekosistem yang berkelanjutan, mengurangi kerusakan dan restorasi habitat, mampu memberikan dampak positif terhadap keanekaragaman hayati.
Contohnya seperti pengendalian spesies predator penyu di dua pulau di Florida. Berkat pengendalian predator penyu yang invasif, terjadi peningkatan keberhasilan bertelur penyu tempayan dan penyu lekang.
Pemberian status lindung dan kawasan adat terbukti mampu mengurangi laju deforestasi dan kebakaran di hutan Amazon. Pada wilayah yang tak memiliki status lindung dan adat, tingkat deforestasi 1,7 hingga 20 kali lebih tinggi dibanding wilayah dengan status lindung dan adat. Sementara kebakaran hutan juga 4-9 kali lebih sering terjadi di luar kawasan lindung.
Di Amerika Serikat, penangkaran dan pelepasan ikan salmon di Idaho mampu meningkatkan populasi alami ikan salmon di wilayah tersebut, tanpa dampak negatif terhadap populasi liar. Rata-rata ikan yang dibawa ke tempat penetasan menghasilkan 4,7 kali lebih banyak keturunan dibanding ikan yang berkembang biak secara alami.
Namun, tak semua tindakan konservasi berakhir baik. Penelitian ini juga menemukan 21% keanekaragaman hayati menurun di bawah upaya konservasi. Walaupun terdengar buruk, para peneliti menggarisbawahi bahwa kadang strategi konservasi adalah hasil trial and error. Strategi yang berhasil hari ini adalah buah dari pelajaran strategi gagal di masa lalu. Studi ini menunjukkan konservasi semakin efektif seiring peningkatan strategi, teknik, dan teknologi.
Lebih dari separuh Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, setara US$ 44 triliun bergantung pada alam. Jika dihitung, diperkirakan kita butuh investasi untuk konservasi sebesar $178 miliar hingga $524 miliar. Terlihat besar, namun masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan subsidi bahan bakar fosil sebesar $7 triliun!
Berdasarkan perhitungan, setiap US$ 1 yang kita investasikan untuk konservasi, akan mendatangkan US$ 100 dalam bentuk jasa ekosistem. Sayangnya, tak semua orang memandang jasa ekosistem sebagai sebuah “timbal balik”. Sehingga investasi di bidang konservasi terkadang masih dipandang sebelah mata.
Terlepas dari itu, PBB dan negara-negara di dunia sudah sepakat untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati, melindungi 30% darat dan laut di tahun 2030. Target ambisius tersebut harapannya mendorong urgensi dari setiap negara untuk mengeskalasi upaya konservasi yang telah mereka lakukan.
Ikuti percakapan tentang konservasi di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :