PULAU Bali terus menyusut dengan laju yang lebih cepat dibanding daerah pesisir lain di seluruh dunia, berdasarkan sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Regional Studies in Marine Science. Garis pantai Bali berkurang dari 668,64 kilometer pada 2016 menjadi 662,59 kilometer pada 2021. Pantai Bali menyusut dengan kecepatan rata-rata 1,21 meter per tahun.
Para peneliti menggunakan data geospasial untuk melihat perubahan pesisir Pulau Bali dari 2016 hingga 2022. Kemudian pada Maret 2023, mereka melakukan survei lapangan di sepanjang garis pantai Bali dan mengumpulkan 75 titik pengambilan sampel.
Para peneliti menemukan bahwa sebagian besar erosi pantai berpasir terjadi di pantai selatan Bali, termasuk pantai barat daya dan tenggara. Terutama di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Denpasar, Gianyar, Klungkung, dan Karangasem.
Garis pantai merupakan indikator penting untuk memantau perubahan pesisir, yang sangat penting untuk perencanaan tata ruang dan pembangunan berkelanjutan. Wilayah pesisir Bali penting bagi warisan sosial ekonomi dan budaya Bali. Daerah pesisir Bali berfungsi sebagai pusat pemukiman bagi sebagian besar penduduk, mendorong perekonomian melalui pariwisata, mengandung nilai budaya, dan adat istiadat.
Pembangunan fisik yang cepat untuk mendukung pariwisata dan infrastruktur, seperti bandara dan hotel, telah menimbulkan tantangan lingkungan yang serius. Mulai dari perubahan penggunaan lahan yang signifikan dan erosi pantai yang mengancam.
Erosi pantai yang terus menerus, dikombinasikan dengan naiknya permukaan laut, akan memperburuk dampak banjir di pesisir pantai. Walhasil, akan mengancam ekosistem pantai, infrastruktur, dan masyarakat yang tinggal di area pesisir.
Sebuah studi 2022 menunjukkan 22% daerah pesisir Bali dikategorikan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti erosi, banjir, badai, dan kenaikan muka air laut. Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), permukaan air laut telah naik rata-rata 2,5 milimeter per tahun dalam 25 tahun terakhir.
Sejatinya, erosi wilayah pesisir bukan hanya persoalan Pulau Bali. Dalam 30 tahun, erosi telah melenyapkan 36.097 km atau 13,6% garis pantai berpasir. Situasi ini akan memburuk pada paruh kedua abad ini: erosi akan melenyapkan 95.061 kilometer atau 25,7% pantai. Lebih parah lagi, jika emisi karbon global tak turun, muka air laut akan naik 80 sentimeter dan menghilangkan 131.745 kilometer pantai di dunia.
Strategi perlindungan pantai seperti membangun tembok laut, karung pasir, dan pemecah gelombang, memang bisa melindungi pesisir dari erosi. Tetapi ada konsekuensi negatif yang tak bisa dihindari, seperti erosi pantai ke arah hilir, menurunnya kualitas air, sedimentasi, dan dampak sosial-ekonomi yang terjadi masyarakat pesisir.
Ikuti percakapan tentang erosi laut di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :