Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 28 Oktober 2024

Peran Kulit Pohon Mengurangi Metana

Kulit pohon mengandung mikroba yang bisa menyerap gas rumah kaca. Efektif menguragi metana.

kulit pohon (foto: Unsplash.com/Joshua J. Cotten)

POHON hanya menyerap karbon dioksida (CO2) dan menyimpannya sebagai biomassa. Benarkah anggapan ini? Studi terbaru mengungkap pohon juga menyerap gas metana, gas rumah kaca yang 28 kali lebih kuat memicu pemanasan global dibanding karbon dioksida.

Metana memang hanya bertahan selama satu dekade di atmosfer. Berbeda dengan karbon dioksida yang dapat bertahan selama ratusan tahun. Tapi, metana memerangkap lebih banyak panas di atmosfer dibandingkan dengan jumlah CO2.

Sebelum era industri, lahan basah adalah sumber alami metana. Pohon di rawa dan dataran yang tergenang mengeluarkan metana di bawah batangnya. Namun sejak industrialisasi berkembang pesat, emisi metana juga ikut meningkat. Kini, ia bertanggung jawab terhadap 30% pemanasan global.

Selama ini, hanya tanah yang dapat menyerap gas metana. Itu semua berkat keberadaan bakteri tanah yang dapat dapat menyerap metana. Namun, ternyata pohon juga memiliki kemampuan serupa. Semua itu berkat keberadaan mikroba yang hidup di kulit pohon. Mereka mampu mengonsumsi metana sebagai bahan metabolisme.

Namun, hal itu tak dapat dijumpai di pangkal pohon. Sejumlah pohon hanya mengeluarkan sejumlah kecil metana dari pangkalnya. Tapi semakin naik, sekitar 2 meter dari pangkal hingga ke dahan-dahan, pohon mulai menyerap metana.

Untuk mengukur pertukaran metana, para peneliti menelisik penyerapan metana di berbagai jenis hutan. Mulai dari yang ada di Amazon hingga Panama, Swedia, dan Inggris. Mereka menggunakan ruang plastik sederhana yang dililitkan pada batang pohon. Kemudian dihubungkan ke alat analisis metana berbasis laser untuk mengetahui hasilnya.

Secara global, pohon menyerap metana sebanyak 25 hingga 50 juta ton setiap tahun. Hutan tropis menjadi penyerap terbesar dibanding jenis hutan lainnya. Hal ini semakin menambah nilai tambah pohon sebagai solusi atasi krisis iklim.

Namun, tak seperti tanah yang lebih stabil dari segi luas, hutan memiliki potensi besar untuk menyusut karena deforestasi, yang pada akhirnya justru melepas metana ke atmosfer. Satu sisi, hutan juga punya potensi untuk bertambah luas lewat reboisasi dan reforestasi. Jika kita melakukan reboisasi dan menanam pohon di tempat yang tepat, akan lebih banyak metana yang dapat diserap dari atmosfer.

Penemuan ini juga membuka jalan untuk mencapai Global Methane Pledge yang diluncurkan pada 2021 pada COP26. Sebanyak 158 negara sepakat mengurangi emisi metana sebesar 30% pada akhir dekade ini. Jika tercapai, setidaknya berpotensi mengurangi pemanasan sekitar 0,2o C pada 2050, mencegah 26 juta ton kehilangan hasil panen setiap tahunnya, dan mencegah 255.000 kematian dini. 

Ikuti percakapan tentang metana di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain