HUTAN adalah senjata melawan perubahan iklim. Dibanding inisiatif iklim lain, reforestasi merupakan inisiatif yang paling efektif dan paling hemat biaya. Menurut studi terbaru di jurnal Nature Climate Change, reforestasi masih bisa lebih hemat biaya dan lebih mampu menangkap lebih banyak karbon.
Studi itu dilakukan dengan menganalisis program reforestasi di 138 negara berpenghasilan menengah dan rendah. Mereka membandingkan biaya reforestasi di negara-negara tersebut dan menganalisisnya.
Studi menunjukkan bahwa ada potensi menghilangkan karbon 10 kali lebih banyak hanya dengan biaya US$ 20 per ton CO2 dan bisa meningkat 3 kali lipat lagi dengan biaya US$ 50. Potensi tersebut lebih tinggi dibanding yang sebelumnya diperkirakan oleh IPCC, badan PBB untuk perubahan iklim. Namun, potensi tersebut masih belum banyak dimanfaatkan di banyak tempat.
Para peneliti menemukan kombinasi antara regenerasi alami dan menanam pohon akan menghasilkan biaya yang lebih efektif dalam menyerap karbon. Bagi 46% hutan yang mereka analisis, metode regenerasi alami akan lebih hemat biaya dalam menyerap karbon. Regenerasi alami membiarkan pohon tumbuh secara alami dan menyerap lebih banyak karbon dengan biaya lebih rendah. Tapi, bagi 56% hutan lainnya, akan lebih efektif jika melakukan penanaman pohon.
Dengan menggunakan metode yang paling hemat biaya di setiap lokasi, kita bisa menghilangkan 31,4 miliar metrik karbon dari atmosfer dalam waktu 30 tahun dengan biaya kurang dari US$ 50 per ton CO2. Serapan karbon tersebut 40% lebih banyak dibandingkan jika hanya mengandalkan regenerasi alami saja atau penanaman pohon saja.
Studi ini membuka gambaran yang lebih luas untuk memilih metode reforestasi yang sesuai untuk setiap lokasi. Namun, tentu saja, efektivitas biaya bukan satu-satunya hal yang perlu dipertimbangkan. Keragaman pertumbuhan spesies pohon juga penting untuk membentuk komponen hutan yang tangguh.
Reforestasi dengan satu jenis, monokultur, mungkin akan menghemat biaya. Namun monokultur membutuhkan air lebih banyak, menyebabkan kelangkaan air, dan memberikan peluang negatif bagi konservasi keanekaragaman hayati. Pada akhirnya, tidak berdampak signifikan terhadap serapan karbon.
Selain itu, walau reforestasi menjanjikan, tapi reforestasi saja tidak akan menyelesaikan krisis iklim. Bahkan pada potensi maksimal, reforestasi mungkin hanya menghilangkan karbon dioksida setara emisi global selama delapan bulan. Maka itu, butuh upaya lain sebagai tandem reforestasi.
Salah satunya dengan penebangan selektif berintensitas rendah. Berdasarkan studi lain, penebangan hutan selektif dengan intensitas rendah tidak berdampak negatif pada kesehatan ekosistem hutan. Hal ini bisa jadi jalan tengah antara perlindungan hutan dengan penggunaan hutan untuk kepentingan ekonomi.
Studi tersebut menyebutkan jika intensitas penebangan 0,82-1,6 pohon per hektare adalah frekuensi penebangan yang tak berdampak signifikan pada kesehatan hutan. Justru, penebangan selektif dapat membuka konektivitas baru yang menghubungkan satwa liar dengan kawasan-kawasan lindung.
Temuan ini mereka dapat setelah mereka meneliti penebangan di konsesi penebangan kayu di dekat Taman Nasional Monts de Cristal, Gabon. Gabon dipilih karena negara ini telah menerapkan prinsip keberlanjutan hutan. Terlebih pada 2019, negara ini jadi negara Afrika pertama yang menerima pendanaan REDD+, skema pendanaan untuk mengurangi emisi dengan menjaga hutan.
Ikuti percakapan tentang reforestasi di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :