DUA cara mencegah krisis iklim: transisi energi dan mengurangi deforestasi melalui restorasi ekosistem. Transisi energi dari energi fosil ke terbarukan akan mengurangi produksi emisi karbon secara signifikan. Emisi yang tersisa bisa diserap oleh ekosistem melalui restorasi. Solusi yang sederhana ini sulit dilakukan karena keduanya mengubah kebijakan hingga gaya hidup penduduk bumi.
Pohon-pohon di hutan memainkan peran utama dalam menyerap karbon. Sebagai ekosistem, hutan dihuni oleh kanekaragaman hayati. Salah satunya keberadaan fungi.
Kehadiran organisme ini seringkali luput dari mata karena ukurannya yang superkecil. Namun kehadirannya begitu krusial bagi kehidupan pohon dan kesehatan hutan.
Pohon umumnya berasosiasi dengan fungi lewat simbiosis bernama mikoriza yang tumbuh di sekitar akar, membentuk jaringan filamen tipis seperti kapas yang menyebar begitu luas. Melalui simbiosis ini, jamur bisa mengurai bahan organik, menambang unsur mineral di bebatuan, dan menyalurkan nutrisinya langsung ke akar tanaman. Dengan begitu, kebutuhan nutrisi tanaman bisa terpenuhi.
Tidak hanya satu atau dua jenis pohon yang butuh simbiosis mikoriza. Sekitar 90% vegetasi bergantung pada jaringan mikoriza. Baik itu pohon megah dari jenis Dipterocarpaceae hingga semak sederhana.
Sebuah studi pada 2016 dari Imperial College London mengungkapkan bahwa keberadaan mikoriza memungkinkan pohon tumbuh lebih cepat dan menyerap karbon lebih banyak. Tak heran jika fungi jadi alternatif pupuk hayati yang kini telah menghasilkan pasar bernilai lebih dari Rp 30 triliun.
Karena peran krusialnya, para peneliti menganggap fungi akan jadi kunci untuk mendukung restorasi hutan. Kini, banyak studi yang melihat lebih dekat hubungan pohon-pohon di hutan dengan fungi. Hal yang selama ini mungkin tak terlalu mendapat perhatian.
Sebuah tinjauan terhadap 26 penelitian menunjukkan bahwa menambahkan mikoriza pada tanaman bisa meningkatkan hasil restorasi ekologi dan meningkatkan jumlah spesies dalam komunitas tanaman sebesar 30%. Hal ini menunjukkan bahwa mikoriza memainkan peran krusial dalam program restorasi hutan.
Para peneliti dari Society for the Protection of Underground Networks (SPUN) meneliti fungi dan hubungannya dengan berbagai spesies, khususnya yang terancam punah. Selama dua tahun lebih, mereka melihat lebih dekat hubungan fungi dengan ek hitam kolombia.
Ek hitam kolombia adalah spesies pohon endemik dan purba yang jadi spesies payung di hutan Amerika Latin. Para ilmuwan menduga spesies ini merupakan sisa-sisa dari garis keturunan jenis ek tua yang terbentuk 100 juta tahun lalu di dataran Amerika.
Dulu, jenis ek ini pernah menutupi seluruh wilayah dataran tinggi Kolombia. Namun, penggundulan hutan untuk lahan pertanian membuat keberadaan pohon ek hitam kolombia terancam punah. Kini ia hanya bisa ditemukan di lima wilayah Kolombia dalam petak-petak yang terfragmentasi.
Fungi bisa memainkan peran penting dalam restorasi pohon ek kolombia tersebut. Studi SPUN menemukan sekitar 250 jenis mikoriza berbeda yang hidup di dekat pohon ek hitam ini.
Dari analisis tanah, para peneliti menemukan dalam satu sendok tanah mengandung sekitar 100 meter jaringan mikoriza. Sampel tanah juga menunjukkan kondisi asam dan tinggi fosfor, sesuatu yang tak umum terjadi di daerah tropis yang miskin unsur hara. Fungi rupanya membantu pohon ek menyerap fosfor dan tumbuh di tanah asam yang merugikan.
Lewat program Black Oak Restoration Project, mereka akan menanam sekitar 3.000 bibit ek hitam kolombia yang telah diinjeksi mikoriza.
Tak hanya di Kolombia, di Argentina beberapa peneliti juga mempelajari jamur mikoriza yang berasosiasi dengan pohon teka-teki monyet (Araucaria araucana). Pohon ini berada di ujung kepunahan akibat penebangan masif. Perdagangan komersial pohon ini sendiri sudah dilarang sejak tahun 1990.
Di Chili, ahli ekologi mempelajari bagaimana jamur bermitra dengan pohon alerce (Fitzroya cupressoides), spesies lokal yang terancam punah. Peneliti telah mengumpulkan berbagai jenis jamur yang berasosiasi dengan jenis ini. Pemerintah Chili bertujuan hendak kembali 100 hektare Alerce dalam tiga tahun kedepan. Fungi akan jadi aktor penting dalam program tersebut.
Program restorasi ekosistem dan reboisasi perlu mempertimbangkan fungi sebagai komponen penting. Sebab, ekosistem tidak bekerja hanya dengan satu komponen. Melainkan dengan berbagai komponen yang saling berkolaborasi. Maka dari itu, mengkombinasikan pohon dan jamur dapat membantu keberhasilan restorasi.
Ikuti percakapan tentang restorasi ekosistem di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :