Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 01 Oktober 2024

Berapa Besar Emisi Karbon yang Bisa Diserap Carbon Capture and Storage

Alat penangkap dan penyimpan karbon atau CCS tak sebesar yang diperkirakan. Masih jauh dari harapan.

fasilitas Carbon Capture and Storage (foto: earth.org)

TAHUN 2023 tercatat sebagai tahun paling panas. Tampaknya rekor tersebut tak akan bertahan lama. Para ilmuwan memprediksi dalam lima tahun ke depan akan ada tahun yang mengalahkan rekor suhu di 2023.

Jika tak ingin hal itu terjadi, setidaknya dunia perlu menghilangkan setidaknya 10 miliar ton emisi kearbon setara CO2 per tahun atau sekitar 687 miliar ton CO2 hingga akhir abad ini untuk menjaga agar rekor tahun terpanas tidak kembali terpecahkan. Berbagai inisiatif dan inovasi telah dilakukan. Salah satu yang paling hangat adalah penangkap dan penyimpan karbon atau carbon capture & storage (CCS).

Konstruksi Kayu

Belakangan ini CCS dianggap solusi yang menjanjikan. Dengan mengkrompresi emisi karbon dan menyimpannya ke dalam bumi, kita bisa mencegahnya terlepas ke atmosfer menjadi gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC), panel ilmuwan PBB, proyek CCS diperkirakan bisa menyerap 30 miliar ton CO2 per tahun.

Mekanisme CCS (Sumber: Global CCS Institute)

Namun, menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, estimasi tersebut berlebihan. Faktanya, potensi CCS jauh lebih kecil dari yang diestimasikan.

Berdasarkan studi tersebut, potensi serapan CCS hanya sekitar 5-6 miliar ton per tahun atau 5-6 kali lebih kecil dari yang diperkirakan. Gap tersebut terjadi karena perhitungan sebelumnya mengesampingkan potensi hambatan geologis, geografis, perkembangan teknologi, dan pertumbuhan ekonomi. Yang mana faktor tersebut penting.

Studi tersebut coba mengkalkulasikan ulang dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut dalam berbagai skenario. Skenario paling optimis CCS menyerap hingga 16 miliar ton CO2 per tahun. Dalam skenario konservatif, CCS hanya mampu berkontribusi menyimpan 1 miliar ton CO2 per tahun. Sedangkan skenario realistis CCS mampu menyerap 5-6 miliar ton CO2 per tahun.

Inovasi CCS tampak menjanjikan bagi perusahaan migas atau pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Emisi CO2 dipisahkan dari gas lainnya, dikompresi, diangkut, dan diinjeksi ke formasi batuan di bawah tanah untuk penyimpanan permanen.

Secara potensi, formasi batuan di bawah bumi dapat menyimpan 1.000 hingga 10.000 miliar ton CO2. Indonesia memiliki potensi sumber daya penyimpanan karbon di 20 cekungan dengan kapasitas sekitar 580 miliar ton di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Potensi besar tersebut mendorong beberapa negara dan industri untuk membangun fasilitas CCS. Telah ada US$ 83 miliar yang diinvestasikan untuk CCS selama tiga dekade. Terdapat 395 proyek CCS di seluruh dunia, baru 43 yang berjalan, sedangkan sisanya masih dalam pengembangkan. Indonesia memiliki 15 proyek potensial CCS di 2026-2030.

Walau terdengar potensial, saat ini kapasitas proyek CCS baru bisa menangkap 49 juta ton CO2 per tahun, setara dengan 0,1% emisi CO2 global. Jika dilihat ke belakang, 70% dari 149 proyek yang diusulkan beroperasi di 2020 untuk menyimpan 130 metrik ton COper tahun juga tak terimplementasikan.

Analisi Oil Change International terhadap enam CCS menunjukkan bahwa semuanya beroperasi di bawah kapasitas, berkisar 10-60%. Sehingga fasilitas tersebut hanya menangkap sebagian kecil dari emisi yang dihasilkan oleh fasilitas yang terhubung dengannya.

Butuh sekitar US$ 500-600 juta untuk membangun satu fasilitas CCS. Indonesia butuh sekitar US$ 1 miliar atau Rp 15,2 triliun per tahun untuk merealisasikan proyek CCS. Belum lagi polemik soal resiko kebocoran pipa, potensi memperpanjang transisi energi, dan pembiayaan publik yang masih terbatas.

Ikuti percakapan tentang emisi karbon di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain