KESENJANGAN tak hanya soal pendapatan dan gaya hidup. Kesenjangan juga terjadi dalam produksi emisi karbon. Laporan terbaru Oxfam International menyoroti jejak karbon antara orang kaya dan orang miskin.
Sebanyak 1% populasi orang kaya menghasilkan emisi karbon yang sama dengan 67% populasi orang miskin. Satu persen orang terkaya, sekitar 77 juta orang, bertanggung jawab atas 16% emisi global pada 2019. Jumlah tersebut lebih besar dari seluruh emisi mobil dan moda transportasi. Setidaknya 50% emisi karbon global berasal dari 10% orang terkaya dunia.
Butuh waktu sedikitnya 1.500 tahun bagi seseorang dari populasi termiskin untuk menghasilkan karbon sebanyak karbon yang dihasilkan populasi terkaya dalam setahun. Emisi 1% orang terkaya juga membatalkan penghematan karbon yang dihasilkan dari satu juta turbin angin di dunia.
Mirisnya, meski mayoritas emisi karbon global dihasilkan oleh 1% orang terkaya dunia, dampaknya dirasakan oleh semua orang di dunia. Dalam laporan tersebut diperkirakan emisi yang dihasilkan 1% orang terkaya akan menyebabkan kematian 1,3 juta orang akibat gelombang panas dari perubahan iklim.
Orang kaya cenderung memiliki gaya hidup dengan emisi tinggi. Mulai dari bepergian dengan jet atau kapal pribadi, konsumsi banyak daging, kepemilikan rumah, dan mobil mewah. Hingga memiliki bisnis yang berdampak signifikan terhadap emisi gas rumah kaca.
BACA: Pengusaha Paling Banyak Memproduksi Emisi
Sebaliknya, mereka yang miskin hanya punya sedikit pilihan. Mereka hanya bisa mengandalkan mata pencarian tradisional yang rendah karbon. Pilihan gaya hidup mereka, transportasi, makanan, dan lainnya, terbatas pada pilihan yang rendah karbon.
Namun, banyak orang miskin tinggal di daerah yang rentan terhadap perubahan iklim, seperti di Afrika dan khatulistiwa. Laporan menunjukkan bahwa tujuh kali lebih banyak orang meninggal akibat banjir di negara-negara yang memiliki ketimpangan tinggi. Walau kontribusi mereka minim terhadap perubahan iklim, namun mereka jadi yang terdepan menerima dampaknya.
Studi lain menyebutkan mayoritas penduduk bumi tak peduli soal ketidaksetaraan ini. Studi tersebut mensurvei 4.000 orang dari Denmark, India, Amerika Serikat, dan Nigeria. Setengah dari responden di setiap negara termasuk dalam kelompok pendapatan 10% teratas, sisanya berada di luar itu.
Hasilnya, di keempat negara, sebagian besar responden secara signifikan menganggap bahwa orang terkaya memiliki jejak karbon yang rendah. Sedangkan mereka menganggap bahwa kelompok berpenghasilan rendah punya jejak karbon yang tinggi.
Berdasarkan laporan Oxfam, pajak sebesar 60% dari pendapatan 1% orang terkaya akan mengurangi emisi lebih dari total emisi yang dihasilkan Inggris. Serta akan mengumpulkan dana sebesar 6,4 triliun dolar AS per tahun untuk membiayai biaya peralihan transisi energi.
Tak cuma di tingkat orang, di tingkat negara, negara-negara berpenghasilan tinggi juga harus bertanggung jawab. Dimana mereka harus mengakhiri produksi minyak dan gas lebih cepat dibanding negara lain. Serta mengimplementasikan pajak baru bagi perusahaan dan miliarder untuk membiayai inisiatif berkelanjutan.
Ikuti percakapan tentang jejak karbon di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :