Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 26 Oktober 2024

Satwa Liar Menyusut 73% dalam 50 Tahun

Laju kerusakan alam makin mengkhawatirkan. Satwa liar menyusut drastis.

Populasi satwa liar (foto: Unsplash.com)

DALAM 50 tahun terakhir, satwa liar berkurang 73%. Laporan Living Planet 2024 yang diterbitkan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) mengungkapkan bahwa penyebab populasi rata-rata satwa liar menyusut adalah aktivitas manusia. Laporan ini secara komprehensif menyoroti perubahan rata-rata populasi dari 5.495 spesies vertebrata antara 1970 sampai 2020.

Populasi satwa air tawar menurun paling drastis, sebesar 85%, disusul populasi satwa terestrial 69% dan satwa laut sebesar 56%. Di tingkat regional, penurunan tercepat terjadi di Amerika Latin dan Karibia yang turun sebesar 95%, diikuti oleh Afrika 76% dan Asia dan Pasifik 60%. Sementara di Eropa, Asia Tengah, dan Amerika Utara, penurunannya berada di bawah 40%.

Konstruksi Kayu

Laporan Living Planet dan berbagai laporan lainnya menyebut bahwa saat ini kerusakan alam dan penurunan satwa liar ada dalam laju yang sangat mengkhawatirkan. Jika terus berlanjut, bukan hal mustahil jika kita akan melewati batas "titik kritis" (tipping point) di mana dampaknya sulit diperbaiki.

Pertanyaannya, di mana batas "titik kritis" tersebut? Untuk mengukur batas titik kritis bukan hal mudah. Butuh studi dan perhitungan komprehensif dan kompleks untuk menentukannya. Namun, tanpa angka, kita sudah melihat dengan mata sendiri bahwa titik kritis tersebut semakin dekat.

Di Amerika Utara, serangan kumbang kulit kayu pinus dan kebakaran hutan makin intens terjadi dan semakin ganas. Serangan keduanya diperburuk oleh perubahan iklim. Alhasil, bencana tersebut mendorong keberadaan hutan pinus di Amerika Utara yang makin kritis.

Di lumbung terumbu karang Australia, Great Barrier Reef, peningkatan suhu laut dan degradasi ekosistem menyebabkan pemutihan terumbu karang massal pada 1998, 2002, 2016,2017, 2022, dan 2024. Semakin ke sini, kejadiannya makin intens dan makin parah. Walau great barrier reef menunjukkan ketahanan yang luar biasa, tak bisa dipungkiri kita berpotensi kehilangan 70-90% dari seluruh terumbu karang di dunia.

Di hutan Amazon, hutan hujan tropis terbesar di dunia, perubahan iklim membuat curah hujan menurun. Konsekuensinya, kondisi lingkungan tidak lagi ideal bagi hutan hujan tropis Amazon. Memang belum mencapai titik kritis, tapi diperkirakan titik kritis akan tercapai jika 20-25% hutan Amazon rusak. Saat ini sudah 14-17% hutan Amazon yang rusak.

Laju kerusakan yang mengkhawatirkan dan titik kritis yang makin dekat memicu kekhawatiran semua negara di dunia. Berbagai komitmen dan target memang sudah dicanangkan oleh negara-negara di dunia. Mulai dari Perjanjian Paris, Kunming-Montreal Global Biodiversity, hingga Sustainable Development Goals (SDGs).

Ambisi dan komitmen yang besar tersebut tak berbanding lurus dengan tindakan. Saat ini, lebih dari separuh target SDGs tahun 2030 tidak akan tercapai, dengan 30% di antaranya lebih buruk dibanding baseline tahun 2015. Komitmen untuk menjaga kenaikan suhu di bawah 1,5o C juga rasanya sulit tercapai di 2030.

Saat ini kawasan lindung mencakup 16% daratan dan 8% lautan. Persentase tersebut harus mesti ditingkatkan menjadi 30% sesuai dengan kesepatakan dalam Kumming -Montreal Global Biodiversity.

Ikuti percakapan tentang satwa liar di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain