Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 02 Desember 2024

Ekosistem Ulu Masen, Rumah Harimau yang Tak Terlindungi

Populasi harimau sumatera di Ulu Masen tergolong tidak sehat

tangkapan harimau sumatera di hutan Ulu Masen (foto: Figel J et al. 2024)

EKOSISTEM Ulu Masen membentang seluas 9.500 kilometer persegi dengan medan berbatu dan bergunung-gunung di ujung barat laut pulau Sumatera. Berdekatan dengan ekosistem Leuser, Ulu Masen menjadi habitat kunci bagi berbagai satwa endemik yang terancam punah, termasuk harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Namun, sebagian besar hutan di Ulu Masen tak terlindungi.

Dari laporan yang dipublikasikan di Scientific Reports, pemantauan dengan kamera jebak mendeteksi adanya 11 ekor harimau sumatra antara 2020 dan 2022 di Ekosistem Ulu Masen, Aceh, Indonesia. Para peneliti memasang kamera jebak di 52 lokasi dan mengumpulkan lebih dari 6.700 rekaman. Dari rekaman tersebut, harimau terlihat 39 kali dan peneliti berhasil mengidentifikasi 11 individu.

Konstruksi Kayu

Keberadaan harimau sumatra di Ulu Masen menunjukkan bahwa ekosistem ini menjadi habitat penting bagi harimau sumatra. Terlebih letaknya yang berdekatan dengan Leuser, yang juga jadi habitat kunci harimau sumatra. Ditambah, Ulu Masen juga menjadi habitat kunci bagi satwa lain, seperti gajah sumatra, trenggiling sunda, macan dahan sumatra, rusa sambar, dan lebih dari 300 jenis burung, yang mempertegas pentingnya ekosistem Ulu Masen.

Dari 11 harimau sumatera yang teridentifikasi, delapan di antaranya adalah jantan, dua tidak diketahui kelaminnya, dan hanya satu betina. Para peneliti tidak mendeteksi adanya anak harimau.

Tidak adanya anak harimau yang tertangkap dianggap wajar. Sebab, anak harimau tidak seaktif dan tidak bergerak sejauh harimau dewasa. Namun rasio kelamin antara jantan dan betina perlu jadi perhatian serius. Kurangnya populasi betina menjadi tanda populasi yang tidak sehat. Serta mengindikasikan adanya tekanan terhadap populasi yang besar, khususnya dari perburuan liar.

Perburuan liar harimau masih kerap terjadi. Bagian harimau seperti kulit, taring, dan bahkan tulang masih begitu diminati. Baik sebagai hiasan atau obat tradisional. Penggunaan jerat adalah metode yang paling umum digunakan untuk menangkap harimau.

Hilangnya habitat menjadi ancaman yang serius. Pembangunan, pembalakan liar, penambangan, dan ekspansi lahan pertanian terus mengikis hutan Ulu Masen yang tak terlindungi. Antara 2001 dan 2023, 370 kilometer persegi, atau setengah luas kota Jakarta, hutan primer Ulu Masen lenyap.

Koridor hutan yang menghubungkan Ulu Masen dengan Leuser juga menghadapi ancaman serupa. Koridor tersebut memainkan peran penting karena menjadi tempat tinggal bagi sekitar 30% harimau sumatera yang tersisa. Koridor tersebut menjadi penghubung yang memfasilitasi pertukaran genetik antara populasi harimau.

Dalam laporan tersebut, para peneliti menggarisbawahi bahwa meningkatkan upaya perlindungan menjadi prioritas untuk mengamankan prospek harimau sumatera di Ulu Masen. Namun tak bisa dipungkiri, bahwa itu juga bukan tugas mudah.

Untuk mengatasi perburuan liar, kegiatan patroli hutan perlu ditingkatkan dari segi jumlah personil dan intensitasnya. Di Taman Nasional Kerinci-Seblat, patroli tim jagawana yang intens mampu mengurangi jerat hingga 56%. Tapi untuk melindungi lanskap Ulu Masen yang sangat luas, setidaknya dibutuhkan 560 sampai 640 jagawana terlatih.

Bertambahnya jagawana, juga berarti bertambahnya biaya patroli. Saat ini masih sedikit dukungan dana dari luar. Meskipun ada sekelompok LSM lokal dan internasional yang telah mengelola patroli hutan di Ulu Masen, namun upaya saat ini jauh dari skala yang dibutuhkan.

Sebagai habitat kunci harimau sumatra, tentu kita berharap adanya upaya yang lebih serius untuk melindungi Ulu Masen. Mulai dari peningkatan perlindungan hingga pemantauan populasi yang lebih komprehensif. Ulu Masen sendiri saat ini dikategorikan sebagai “kawasan strategis provinsi” dalam sistem perencanaan konservasi Indonesia. Yang artinya masuk dalam perhatian pemerintah provinsi.

Ikuti percakapan tentang harimau sumatra di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain