PETANI skala kecil memproduksi 70% makanan untuk penduduk Afrika dan 80% di Asia. Namun, mereka juga yang lebih dahulu terdampak perubahan iklim. Dari cuaca ekstrem hingga gagal panen.
Ironisnya, petani skala kecil jarang menerima pendanaan iklim. Sebuah laporan yang dikeluarkan Family Farmers for Climate Action, aliansi yang mewakili lebih dari 50 juta petani skala kecil di seluruh dunia, menemukan bahwa tidak ada pendanaan iklim yang diberikan langsung kepada petani kecil. Bahkan, hanya 18% yang melibatkan petani dalam pengambilan keputusan dan implementasi proyek mitigasi krisis iklim.
Laporan itu menganalisis dua pendanaan iklim besar, yakni Global Environment Facility (GEF) dan Green Climate Fund (GCF). Laporan tersebut mengungkap bahwa selama 2019-2022, hanya sepertiga dari US$ 2,6 miliar yang diinvestasikan GCF dan GEF di bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan yang relevan bagi petani kecil.
Ada 40 proyek iklim dan keanekaragaman hayati yang dianalisis dalam laporan itu dengan total biaya US$ 3 miliar dengan petani kecil terdaftar sebagai penerima manfaat, baik langsung atau tak langsung.
Proyek-rpoyek tersebut mengalokasikan dana sebanyak 53% untuk kegiatan yang berhubungan dengan petani skala kecil. Namun, tidak ada dana yang diberikan secara langsung kepada mereka atau organisasi petani. Hanya tujuh dari 40 proyek, atau 18%, yang secara eksplisit melibatkan petani dalam pengambilan keputusan atau perencanaan.
Meski proyek iklim tersebut berkonsultasi dengan petani mengenai persiapan proyek lewat lokakarya atau survei, tidak ada satu pun proyek yang secara eksplisit menyebutkan anggaran yang dialokasikan untuk partisipasi petani. Hanya 16 proyek, kurang dari 50%, yang menyatakan peran petani dalam pelaksanaan proyek tersebut.
Laporan IPCC keenam menyebutkan bahwa petani kecil dan masyarakat adat memiliki peran penting dalam memerangi krisis iklim. Tapi, petani skala kecil tak memiliki akses yang memadai untuk mendapat pendanaan iklim.
Sebagian besar aplikasi pendanaan iklim untuk GEF dan GCF harus diajukan atau bermitra dengan organisasi atau lembaga yang telah terakreditasi, seperti bank, badan negara, atau LSM internasional. Akibatnya, pendanaan iklim sering kali disesuaikan dengan prioritas organisasi tersebut.
Bagi petani kecil, mengajukan permohonan akreditasi sebagai sesuatu yang sulit. Proses dan perizinannya rumit dan membingungkan. Menurut studi itu, aplikasi pendanaan GCF membutuhkan hingga 22 dokumen pendukung, baik dokumen dari segi keuangan, hukum, pemeriksaan latar belakang, dan lainnya.
Dari 40 proyek yang ditinjau para peneliti, ada yang tergolong praktik baik. Proyek GCF di Sudan melibatkan serikat petani dan penggembala sebagai dewan proyek. Sebanyak 91% pendanaan proyek itu dialokasikan untuk kegiatan yang berhubungan dengan petani.
Praktik buruknya ada di Peru. Di negara Amazon itu, proyek iklim yang didanai GEF bertujuan melestarikan hutan dan lahan basah, serta menghasilkan mata pencarian baru bagi masyarakat. Namun, proyek tersebut tidak melibatkan petani sebagai penerima manfaat atau sebagai komite pengarah. Juga, tidak ada dana langsung yang dialokasikan untuk petani.
Ikuti percakapan tentang mitigasi iklim di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :