DI perairan es yang mengelilingi Antartika, triliunan krill, krustasea kecil mirip udang, membentuk kawanan dan berenang bersama. Krill adalah hewan laut berukuran sekitar 5 sentimeter kecil. Namun secara total, ia memiliki biomassa yang lebih besar dibanding populasi manusia secara global.
Krill terkenal sebagai pusat jaring makanan di samudera selatan. Ia menghubungkan energi yang tersimpan dalam tanaman laut mikroskopis dan menyalurkannya ke spesies laut besar seperti penguin, anjing laut, ikan, dan paus. Manusia menangkap krill karena industri krill bernilai Rp 4,6 triliun.
Krill juga berperan penting sebagai penyimpan karbon. Studi terbaru menemukan bahwa krill menyimpan setidaknya 20 juta ton karbon di laut setiap tahun. Jika dikonversi ke bursa karbon, simpanan karbon tersebut setara dengan US$ 4-46 miliar, tergantung harganya.
Seperti organisme lainnya, krill memakan tanaman mikroskopis sebagai sumber energi. Karbon yang tak mereka gunakan, kotoran dan limbah lainnya, akan terbuang dan tenggelam ke lautan dalam. Karbon tersebut akan mengendap di sana dan terkurung selama ratusan tahun.
Sehingga krill efisien sebagai penyimpanan karbon. Mereka lebih besar daripada kebanyakan zooplankton lain, menghasilkan pelet kotoran yang lebih besar dan lebih mudah tenggelam, mereka juga memiliki populasi yang banyak, sekitar 700 triliun. Krill juga lebih mudah berkembang biak. Satu betina bisa bertelur hingga 10.000 telur sekaligus.
Untuk memperkirakan karbon yang diserap krill, para peneliti menggabungkan basis data Antartika tentang kepadatan krill, perkiraan karbon dari produk buangan mereka, dan pengetahuan tentang produk buangan krill tenggelam dan membusuk untuk menghitung berapa banyak karbon yang tersimpan di lautan dalam. Kemudian, para peneliti menggunakan pemodelan arus laut untuk menunjukkan produk buangan krill bisa jadi penyimpanan karbon yang efektif selama setidaknya 100 tahun.
Hasil ini membuat penyimpanan karbon krill tak kalah penting dibanding ekosistem karbon biru. Dengan ekosistem yang lebih kompleks, beragam, dan lebih luas, ekosistem karbon biru menyimpan 30 juta ton karbon setiap tahun.
Karena menyimpan karbon, krill paling terdampak pemanasan global. Pemanasan global telah menekan habitat krill ke area yang lebih kecil dan menghambat reproduksi. Penurunan populasi krill tak hanya membuat serapan karbon di laut menurun, juga mengacaukan rantai makanan di Antartika. Penangkapan krill oleh manusia juga memberi tekanan terhadap populasi krill.
Penangkapan ikan di Antartika telah diatur oleh Commission for the Conservation of Antarctic Marine Living Resources (CCAMLR). Melalui kesepakatan negara anggota CCAMLR, penangkapan krill hanya diizinkan di 10% perairan Antartika. Kita juga hanya bisa menangkap krill 1% dari total biomassanya. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada 2020 sebanyak 450.781 ton, jauh di bawah batas.
Dengan semakin meluasnya industri perikanan dan krill, kebutuhan krill akan semakin naik. Dalam dua dekade terakhir, penangkapan krill juga naik pesat sebanyak 400%.
Ikuti percakapan tentang hewan laut di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :