Untuk bumi yang lestari

Surat dari Darmaga| 30 Desember 2024

Potensi Besar Biokonversi Sampah Organik dan Biochar Kelapa Sawit

Kita punya sumber daya besar yang belum termanfaatkan. Bisa menopang pertumbuhan ekonomi 8%.

Sampah makanan akibat gaya hidup yang tak menghargai pangan

TULISAN Bambang Prijambodo “Menuju Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen per Tahun” di Kompas edisi 11 Desember 2024 memantik diskusi lebih lanjut. Dalam artikel tersebut, Bambang menyimpulkan untuk mencapai target pertumbuhan perlu didukung oleh tiga sektor utama, yaitu investasi, industri, dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029 apabila pada tahun tersebut mencapai rasio investasi terhadap PDB 32%, nilai ekspor US$ 433,6 miliar, dan rasio industri terhadap PDB 20%.

Tulisan Bambang  Priyambodo belum menerangkan apa yang menjadi sumber industri, ekspor, dan investasi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi 8% per tahun tersebut. Tulisan ini mengangkat dimensi empiris yang bisa mendukung ketiga sektor itu sekaligus secara simultan meningkatkan ketahanan pangan, kesempatan kerja, dan pendapatan, serta keberlanjutan lingkungan hidup secara simultan.

Sebagaimana yang telah dikenal dengan dalil Kuznet, yaitu pertumbuhan ekonomi pada tahap awal pembangunan, khususnya pembangunan di negara-negara berkembang, akan menghasilkan dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan hidup, pertumbuhan 8% yang ditargetkan perlu dilandasi kerangka pikir yang tidak membahayakan keberlanjutan lingkungan hidup.

Selain itu, apabila industri, investasi atau ekspor dijalankan pada sektor-sektor ekonomi yang sudah mencapai tingkatan pemanfaatan sumber dayanya sudah penuh (fully employed), bisa terjadi trade-off antara satu kegiatan ekonomi dengan kegiatan ekonomi lainnya. Artinya, di satu pihak terjadi pertumbuhan tapi di pihak lain bisa terjadi penurunan.

Apabila sumber-sumber pertumbuhan memanfaatkan slack resources atau sumber daya yang belum termanfaatkan, sudah dapat dipastikan trade-off tidak akan terjadi. Bahkan akan terjadi hal yang sebaliknya: struktur dan aktivitas ekonomi akan semakin berkembang.

Dalam artikel ini akan disampaikan secara singkat potensi sumber daya yang tersia-siakan atau belum banyak dilihat sebagai sumber daya penting untuk segera dimanfaatkan mengingat potensinya yang besar.

Biokonversi Sampah Organik 

Dengan mengasumsikan sampah organik yang tersedia di DKI Jakarta 3.500 ton per hari, kemudian sampah tersebut dikonversi menggunakan magot Black Soldier Fly (BSF) menjadi pupuk cair magot (PCM) , pupuk padat magot (PPM), dan hasil magot itu sendiri, nilai sampah diukur oleh produknya masing-masing berpotensi mencapai nilai Rp 3,83 triliun, Rp 1,28 triliun, dan Rp 1,28 triliun.

Dengan demikian nilai rata-rata sampah organik per ton mencapai sekitar Rp 5 juta. Status dan posisi sampah organik berubah dari sebelumnya sebagai barang hina dan beban (cost center), menjadi terhormat dan sebagai sumber daya (income center).

Jumlah timbulan sampah di Indonesia, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, pada 2023 mencapai 69,9 juta ton, didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 41,6% atau 29,1 juta ton.  Dengan menggunakan faktor konversi, potensi nilai sampah sisa makanan apabila dikonversi oleh BSF untuk menghasilkan tiga produk itu mencapai Rp 146,4 triliun per tahun. 

Nilai Produk Domestik Bruto (harga berlaku) Indonesia pada 2023 mencapai Rp 20.892,4 triliun.  Dengan demikian, nilai kontribusi biokonversi sampah organik menggunakan BSF mencapai 0,7% PDB. Hal ini merupakan efek langsung dari biokonversi dengan proses industri masih sederhana. Nilai yang lebih besar adalah penyelesaian masalah persampahan nasional terhadap segala sendi kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Pemanfaatan Pohon Kelapa Sawit untuk Gula dan Biochar

Sumber daya tersembunyi lain yang besar nilainya adalah pohon kelapa sawit tua yang akan diremajakan. Selama ini pohon kelapa sawit tua menjadi beban. Inovasi para petani kelapa sawit di beberapa daerah menunjukkan bahwa pohon kelapa sawit dapat disadap niranya untuk dijadikan gula atau pemanis.

Dalam hal ini kita perlu meniru kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang menghentikan impor gula pada 1974 lebih dari 4 juta ton sebagai respons terhadap lonjakan kenaikan harga gula pasir di pasar internasional ketika itu. Pemerintah AS menggeser gula pasir dengan memproduksi sirop pemanis fruktosa terbuat dari jagung (high fructose corn syrups, HFCS).  Saat ini AS menghasilkan sekitar 7,5 juta ton HFCS. Dengan pola pikir yang sama, Indonesia bisa memproduksi gula cair kelapa sawit.

Menurut informasi dari Ketua Harian Apkasindo Sumatera Utara, satu pohon kelapa sawit bisa menghasilkan sekitar 20 liter nira per hari. Dari nira tersebut dihasilkan 5 kilogram gula merah per hari atau 150 kg/pohon/bulan. Apabila diasumsikan setiap hektare masih terdapat 100 pohon kelapa sawit, dari jumlah ini akan dihasilkan gula sawit sebanyak 15.000 kg/ha/bulan.

Potensi peremajaan kelapa sawit tua milik petani mencapai 3 juta hektare, setara dengan potensi menghasilkan gula sawit sebanyak 45 juta ton. Dengan harga gula merah sekitar Rp 15.000/kg, peremajaan 3 juta hektare perkebunan kelapa sawit petani sama dengan Rp 675 triliun per tahun. Nilai ini mencapai 3,2% nilai PDB Indonesia tahun 2023.

Pohon kelapa sawit tua yang harus diremajakan, setelah diambil niranya, berpotensi dibuat biochar yang memiliki multifungsi seperti untuk penyelamatan lingkungan, penyuburan tanah, dan penggunaan lainnya. Bicohar adalah bahan padat yang kaya karbon, mirip arang, dan dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna limbah organik. Nilai Biochar dengan asumsi 100 pohon peremajaan per hektare dan bobot pohon kelapa sawit 450 kilogram, maka dengan menggunakan faktor konversi 20%, per 100 pohon/hektare bisa menghasilkan 900 kg/ha biochar.

Dengan 3 juta hektare peremajaan, nilainya sama dengan 27 juta ton biochar. Apabila kita gunakan harga biochar/ton adalah  US$ 131, nilai biochar hasil peremajaan kebun sawit petani mencapai Rp 566,4 triliun atau 2,7% nilai PDB Indonesia tahun 2023.

Dampak Ganda Eksternalitas Positif 

Pemanfaatan sampah organik sisa-sisa makanan dan pemanfaatan pohon kelapa sawit tua sebagaimana diuraikan di atas merupakan penerapan model pemikiran ekonomi sirkuler dalam pembangunan. Model pemikiran ini memberikan dampak ganda berupa eksternalitas positif yang belum termasuk dalam perhitungan nilai ekonomi 6,6% PDB tahun 2023 dari output biokonversi sampah organik dan konversi positif nilai pohon kelapa sawit yang akan diremajakan.

Dampak ganda eksternalitas positif yang nilainya tinggi adalah meningkatnya ketahanan pangan sebagai dampak dari ketersediaan pupuk hayati dan pupuk organik serta biochar serta dampak ganda eksternalitas positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat.

Fokus pada investasi, industri dan ekspor berbasis pada sumber-sumber pertumbuhan berupa sumber daya tersia-siakan sebagaimana Bambang Prijambodo sampaikan, merupakan langkah strategis untuk mencapai output simultan antara pertumbuhan ekonomi 8%, ketahanan pangan, dan keberlanjutan lingkungan serta perubahan dalam kerangka pemikiran pembangunan nasional.

Ikuti percakapan tentang ekonomi sirkuler di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan IPB 1978, Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Agroindustri, Kehutanan, Kertas, Percetakan dan Penerbitan (2005-2010). Sekarang Rektor Universitas Institut Koperasi Indonesia Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain