SATU-satunya cara mitigasi krisis iklim adalah mengurangi jejak karbon, terutama oleh industri. Namun, mengurangi jejak karbon pribadi melalui gaya hidup juga tak kurang penting, meski jejak karbon pribadi adalah keberhasilan kampanye industri mengalihkan dosa lingkungan kepada tiap orang.
Setiap aktivitas manusia menghasilkan emisi karbon. Rata-rata setiap orang menghasilkan jejak karbon sebesar 4,8 ton CO2 per tahun. Baik dari makanan, energi, transportasi, hingga sampah.
Makanan menyumbang 30% jejak karbon di rumah dengan produk daging sebagai penyumbang jejak karbon terbesar. Daging sebagai sumber protein hewani didapat dari satwa yang melepas gas rumah kaca seperti CO2 dan CH4. Ternak menghasilkan 192,6 juta ton setara CO2 pada 2022, 70% di antaranya, sekitar 137 juta ton berasal dari ternak sapi potong.
Produk daging memiliki jejak karbon yang lebih besar per kalori dibanding biji-bijian atau sayuran. Karena itu beralih dari konsumsi daging ke tumbuhan (plant based diet) bisa mengurangi jejak karbon sebesar 32%. Tapi seandainya mengurangi daging merah dan menggantinya ke daging putih juga akan mereduksi jejak karbon pribadi sebesar 24%.
Sementara jika mengubah transportasi dari mobil pribadi ke kendaraan umum bisa mengurangi jejak karbon individu hingga 8%. Lebih ambisius lagi, jika tiap orang sepenuhnya menggunakan sepeda, jejak karbon yang bisa dikurangi mencapai 13%. Tapi seandainya masih memakai mobil, berbagi tumpangan (sharing atau carpooling) bisa menurunkan jejak karbon 4%.
Beralih ke peralatan hemat energi dan mengurangi penggunaan energi akan menghasilkan penghematan jejak karbon yang besar. Mengurangi konsumsi energi, seperti mengganti tungku minyak atau gas ke pompa panas listrik dan menggunakan insulasi yang lebih baik, bisa mengurangi jejak karbon sebesar 0,9 ton CO2 per orang per tahun.
Mengurangi penggunaan plastik, mendaur ulangnya, membeli produk ramah lingkungan, berinvestasi di kegiatan yang berkelanjutan, dan masih banyak lagi kegiatan yang bisa memangkas jejak karbon personal.
Namun, semua tak sesederhana itu. Pada 2023, emisi karbon dioksida global dari energi sebear 37,4 miliar. Jika tiap orang rata-rata menghasilkan jejak karbon 4,8 ton CO2 per tahun maka tiap orang berkontribusi terhadap 0,000000001% dariemisi karbon global. Persentasenya bisa lebih kecil lagi bagi mereka yang tinggal di negara berkembang dan bukan tergolong 10% orang terkaya.
Selain itu, sebagian besar emisi karbon tidak dihasilkan oleh individu, melainkan oleh industri dan kegiatan komersial berskala besar. Berdasarkan laporan IPCC, 70% emisi CO2 berasal dari 100 perusahaan tersebsar di seluruh dunia.
Hanya 30% emisi karbon berasal langsung dari individu. Itu artinya, sekalipun setiap individu mereduksi emisi karbon menjadi nol, dampaknya hanya mereduksi 30% emisi CO2 secara global.
Secara angka aksi individu tak berkontribusi begitu besar. Namun, aktivitas induvidu tetap menyumbang peran signifikan. Sebab tiap individu adalah konsumen industri. Jika permintaan konsumen lebih banyak produk ramah lingkungan, industri juga akan menyesuaikan dengan permintaan pasar itu.
Gaya hidup berkelanjutan juga mendorong individu lebih aktif bersuara dan menuntut para pemerintah dan perusahaan untuk lebih sadar dan bertanggung jawab soal emisi karbon yang mereka hasilkan.
Gaya hidup berkelanjutan dan mengurangi jejak karbon bukan cuma soal angka penurunan emisi karbon, juga soal moral dan empati. Dampak perubahan iklim sudah bisa dilihat. Gelombang panas, kekeringan, krisis air, gagal panen, badai, dan banjir semakin parah.
Ikuti percakapan tentang jejak karbon di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :