SELAMA ini plastik yang terbuang ke lingkungan acap dianggap sampah. Padahal, plastik juga bisa berperan seperti biosfer, lapisan bumi tempat berbagai organisme hidup. Tumpukan sampah plastik bisa membentuk ekosistem yang kaya akan kehidupan. Para peneliti menyebutnya sebagai plastisfer. Plastifer adalah ekosistem baru timbunan sampah plastik di daratan atau perairan.
Polusi plastik telah jadi masalah global. Lebih dari 350 juta ton plastik menjadi sampah setiap tahun. Sebanyak 80% plastik menjadi sampah dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Sementara ada 8 juta ton plastik terbuang ke laut setiap hari. Kurang dari 10% sampah plastik yang didaur ulang.
Sifat plastik yang tak mudah terurai, dikombinasikan dengan pengelolaan limbah dan sampah yang tak memadai, membuat sampah plastik membludak dan tak terkontrol. Walhasil, tumpukan sampah plastik memenuhi daratan hingga lautan.
Saat ini 85% sampah di lautan adalah plastik. Keberadaannya membuat hewan laut tersiksa, karena terjerat, dan tersedak. Menariknya, polusi plastik tak cuma di level makroskopis, juga di level mikroskopis. Polusi plastik juga mempengaruhi kehidupan yang tak bisa kita lihat dengan mata telanjang.
Banyak studi menunjukkan plastik menarik perhatian mikroorganisme. Plastik menjadi habitat bagi berbagai mikroorganisme untuk berkoloni dan menciptakan komunitas mikroorganisme dan ekosistem mini.
Hanya dalam hitungan menit hingga jam, setelah sepotong plastik berinteraksi dengan air laut, mikroorganisme akan menempel pada potongan plastik tersebut. Plastik menjadi substrat yang sempurna bagi mikroorganisme untuk menempel dan berkumpul.
Hasil analisis DNA menunjukkan bahwa hanya dari plastik berukuran 5 milimeter mengandung lebih dari 1.000 jenis mikroba. Mikroba ini membentuk lapisan tipis di permukaan plastik yang disebut biofilm.
Layaknya ekosistem, di plastisfer ada mikroorganisme yang berfotosintesis, ada pemangsa dan mangsa, simbion, dan parasit. Diatom bisa berfotosintesis, kuman seperti Vibrio spp., Escherichia coli, dan bakteri pembawa gen resistensi antibiotik. Ada juga yang berpotensi sebagai pengurai plastik, seperti Alcanivorax sp., Marinobacter sp., dan Alteromonas sp..
Ada beberapa organisme yang biasanya tidak ditemukan di lautan terbuka bisa bertahan hidup di ekosistem plastisfer. Penelitian lain menemukan bahwa dibanding bakteri di perairan, bakteri dalam plastisfer memiliki koleksi gen yang lebih kaya. Bakter dalam plastik bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan ekosistem plastisfer.
Plastisfer pun menjadi rumah yang kaya kehidupan mikroorganisme. Ia juga bisa jadi sumber potensial penemuan bakteri pemakan plastik. Para peneliti sudah mengembangkan bakteri ini yang bisa menjadi solusi menghilangkan plastik dari bumi.
Tapi, keberadaan mikroba dalam plastik bisa mempengaruhi distribusi. Plastik tak pernah sepenuhnya terurai. Plastik yang terpecah akan berubah menjadi mikroplastik yang lebih ringan dan mudah berpindah tempat.
Apalagi jika mikroba patogen atau invasif menempel di mikroplastik, mereka akan mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Studi menunjukkan kontak dengan sampah plastik akan meningkatkan kerentanan terumbu karang terhadap penyakit mikroba dari 4 sampai 89%.
Lapisan biofilm dalam plastik juga kaya akan nutrisi sehingga akan menarik perhatian satwa laut. Pada akhirnya mikroplastik masuk ke pencernaan ikan kecil, berpindah ke ikan besar, dan berpindah ke manusia yang memakannya. Jika mikroplastik mengandung patogen, seperti beberapa spesies Vibrio spp., maka manusia yang memakannya akan terkena risiko pelbagai penyakit.
Plastifer telah menjadi objek baru penelitian untuk menciptakan solusi sampah plastik di lingkungan. Karena itu mencegahnya akan mengurangi dampak terhadap lingkungan yang memicu krisis ekosistem.
Ikuti percakapan tentang sampah plastik di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :