Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 06 Februari 2025

Biakustik untuk Konservasi Macan Tutul

Kita bisa menentukan jenis konservasi dari suara macan tutul.

Macan tutul (foto: Unsplash.com/Bibake Uppal)

MACAN tutul masuk dalam kategori satwa vulnerable atau rentan punah dalam daftar merah IUCN. Memiliki basis data yang kuat terkait populasi, perilaku, rentang jelajah, dan informasi lainnya akan membantu menyusun upaya konservasi macan tutul. Sayangnya, data-data tersebut sulit didapat.

Macan tutul adalah hewan nokturnal yang menyendiri dan tinggal di daerah yang sangat luas. Mereka aktif bergerak dalam puluhan kilometer setiap hari. Pola bintik di badannya membuat ia sulit terdeteksi. Alhasil, ilmuwan juga kesulitan mempelajari dan mengumpulkan data terkait macan tutul.

Konstruksi Kayu

Namun, baru-baru ini, beberapa peneliti memiliki solusi. Mereka mempelajari macan tutul lewat suara dengan teknik bioakustik. Bioakustik mempelajari suatu organisme menghasilkan, mentransmisikan, dan menerima suara di lingkungan mereka. Lewat bioakustik, kita bisa memantau keberadaan dan mempelajari suatu organisme.

Lewat studi yang dipublikasikan di jurnal Remote Sensing in Ecology and Conservation, para peneliti menemukan bahwa macan tutul memiliki suara khas. Suara auman mereka unik, dalam, parau, berfrekuensi rendah, dan berulang-ulang. Suara khas tersebut sering disebut "auman gergaji" karena suaranya mirip seperti orang menggergaji dengan tangan.

Hasilnya, dengan menganalisis suara tersebut, peneliti bisa mengidentifikasi macan tutul dengan akurasi 93,1%.

Untuk mendapatkan suara, tim peneliti memasang beberapa kamera jebak dan perekam suara di samping setiap kamera di Taman Nasional Nyerere, Tanzania. Dengan menggunakan dua alat, mereka mendapatkan foto atau video dari kamera dan rekaman suara dari perekam. Dengan begitu, peneliti bisa mengeksplorasi lebih banyak data dan variasi dari setiap macan tutul yang terekam.

Dengan akurasi yang tergolong tinggi, penemuan ini bisa mengarah ke analisis yang lebih kompleks, seperti estimasi populasi dan pola jelajah. Data keduanya metrik penting untuk membantu para pembuat kebijakan dan praktisi konservasi dalam mengelola bentang alam dan mitigasi konflik manusia dan satwa liar. Tak hanya terbatas di macan tutul, tapi juga spesies lainnya. Tak terbatas di Afrika, juga di Asia, termasuk di Indonesia.

Indonesia memiliki satu spesies macan tutul, yakni macan tutul jawa (Panthera pardus melas). Namun ia termasuk dalam kategori terancam punah dalam daftar merah IUCN. Populasinya diprediksi hanya berkisar 320 ekor yang tersebar di 28 petak habitat di Jawa.

Menipisnya populasi macan tutul jawa sendiri tak lain tak bukan adalah karena konversi besar-besaran hutan ke lahan pertanian dan pemukiman, serta perburuan. Pulau Jawa telah kehilangan 70% hutannya pada 2000 hingga 2017. Akibatnya, sekitar 1-3 macan tutul Jawa meregang nyawa setiap tahun.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Global Ecology and Conservation, keberadaan macan tutul jawa di suatu habitat bisa meningkatkan kekayaan dan kelimpahan satwa lain di habitat tersebut. Artinya, saat populasi macan tutul jawa dalam kondisi baik, spesies lain, seperti kijang, babi hutan, rusa jawa, dan lainnya, dalam kondisi baik juga. Jika populasi macan tutul dalam kondisi buruk, maka spesies lain juga dalam kondisi buruk.

Keberadaan macan tutul jawa penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Di Indonesia, satwa ini termasuk hewan dilindungi yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5/1990 dan PP 7/1999 tentang konservasi sumber daya alam hayati.

Ikuti percakapan tentang macan tutul di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain