Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 23 Februari 2025

Keragaman Genetik, Kunci Menyelamatkan Orangutan dan Simpanse

Keragaman genetik membantu mereka bertahan hidup sampai hari ini. Bagaimana menjaganya?

orangutan, satu-satunya kera besar di Asia (foto: Unsplash.com/Justin Bland)

KERAGAMAN spesies dalam ekosistem menjadi kunci menjaga kelestarian habitat. Seperti keragaman spesies, keragaman genetik juga memainkan peran penting untuk menjaga kelestarian suatu spesies.

Dalam berbagai studi, keragaman genetik memainkan peran krusial untuk menjamin keberadaan suatu spesies. Keragaman genetik membantu spesies untuk beradaptasi dalam lingkungan, ketahanan terhadap penyakit, dan terhadap perubahan di habitatnya. Hal ini berlaku bagi semua spesies, terutama bagi kera besar.

Konstruksi Kayu

Sebuah studi menyebutkan keragaman genetik memainkan peran besar dalam kemampuan bertahan hidup pada orangutan, satu-satunya kera besar Asia. Analisis genom orangutan menunjukkan bahwa rata-rata orangutan masih lebih beragam, secara genetik, dibanding rata-rata manusia.

Uniknya, keragaman genetik terbesar justru terdapat pada orangutan sumatera yang memiliki populasi sekitar 14.000 individu. Dibandingkan dengan orangutan kalimantan yang berjumlah lebih banyak, sekitar 100.000 individu.

Di lingkungan sumatera yang lebih produktif, adaptasi orangutan sumatera melibatkan gen-gen yang berkaitan dengan perkembangan kognitif, otak, dan saraf. Hal ini membuat tingkat hubungan dan sosialitas orangutan sumatera yang lebih kompleks. Sedangkan di lingkungan Kalimantan yang lebih fluktuatif, adaptasi orangutan kalimantan melibatkan gen-gen yang berhubungan dengan metabolisme lipid, aktivitas jantung, dan otot.

Keragaman genetik orangutan dipengaruhi juga oleh kondisi lingkungan yang ekstrem. Saat zaman es, jembatan darat muncul dan menghubungkan dataran sunda. Hal tersebut membuat orangutan dapat berpindah dari Sumatera ke Kalimantan sesuka hati, sesuai dengan kebutuhan mereka.

Namun saat zaman es selesai, jembatan darat tersebut hilang, orangutan terisolasi di masing-masing pulau. Membuat mereka harus beradaptasi dengan kondisi yang ada. Selain itu, orangutan juga harus menghadapi bencana letusan Toba pada 74.000 tahun lalu, yang membuat ketersediaan pangan terbatas dan sebagian populasi terisolasi.

Dalam sebuah studi lain terhadap simpanse yang dipublikasikan di Science, keragaman genetik pada simpanse membantu mereka beradaptasi dengan kondisi unik di habitat mereka. Beberapa sifat genetik yang mereka bawa bahkan dapat melindungi simpanse dari penyakit mematikan, seperti malaria.

Studi ini dilakukan oleh lebih dari 80 peneliti dari Afrika, Eropa, dan Amerika Utara. Mereka mempelajari DNA 828 simpanse liar yang dikumpulkan di 52 lokasi sampel dari 18 negara, mulai dari Afrika Tengah hingga Uganda. Di antara kera besar, simpanse adalah kerabat terdekat manusia, dengan lebih dari 98% DNA sama.

Dalam studi ini, peneliti menemukan bahwa perubahan genetik membantu simpanse bertahan hidup dan beradaptasi terhadap malaria dengan cara yang sama seperti manusia berevolusi. Mereka menemukan adaptasi genetik pada gen GYPA (glycophorin A), sebuah gen yang bertanggung jawab atas resistensi terhadap malaria pada manusia. Serta pada gen HBB (hemoglobin), gen yang bertanggung jawab atas anemia sel sabit pada manusia.

Hal tersebut menunjukkan bahwa adaptasi genetik telah berkontribusi pada perbedaan di setiap subspesies simpanse. Walaupun, peneliti masih belum tau secara spesifik potensi adaptasi dalam masing-masing subspesies. Simpanse sendiri terdiri dari empat subspesies. Dimana keempatnya terancam punah akibat perburuan, perang, dan kerusakan habitat.

Tekanan lingkungan mengarah pada pemilihan mutasi yang menguntungkan dalam DNA. Dengan demikian, memiliki keragaman genetik yang besar menjadi penting agar evolusi ataupun alam dapat ‘menyeleksi’ gen yang menguntungkan dan sesuai dengan kondisi saat ini. 

Memahami keragaman genetik jadi kunci untuk menyelamatkan spesies kera besar dan spesies lainnya. Namun, perubahan dan tekanan lingkungan yang sangat cepat dan besar justru membuat suatu spesies tak bisa beradaptasi dengan perubahan tersebut. Alhasil, kepunahan spesies akan terjadi. Yang mana, hal itu tengah terjadi.

Ikuti percakapan tentang orangutan di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain