Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 22 April 2025

Rotan Purba Ungkap Asal-usul Keanekaragaman Hatai Hutan Tropis

Kalimantan menjadi pusat evolusi dan persebaran berbagai spesies tumbuhan di hutan tropis Asia. Bagaimana?

tumbuhan rotan (foto: indefenseofplants.com)

DI Papua, ada penemuan yang menarik perhatian ahli botani. Di kedalaman hampir dua kilometer di bawah tanah, peneliti menemukan fosil serbuk sari purba dari genus Dicolpopollis yang merupakan kerabat dari rotan modern saat ini. Fosil ini 20 juta tahun lebih tua dari fosil rotan tertua yang pernah ditemukan.

Spesies baru ini diberi nama D. cenomanicus dan D. novaguineensis. Dua spesies tersebut hidup di era sekitar 100,5 hingga 93,9 juta tahun lalu dan 93,9 hingga 89,8 juta tahun lalu.

Penemuan ini memberi tambahan data penting bagi rekonstruksi filogenetik tanaman dan proses evolusi rotan dari masa ke masa. Di Papua, kurang lebih terdapat lebih dari 60 spesies rotan yang berbeda.

Keberagaman rotan dan tumbuhan di daerah tropis Asia menarik perhatian ilmuwan sejak lama. Di dalam area kurang dari satu kilometer persegi, ada lebih dari seribu spesies pohon yang dapat ditemukan di hutan tropis Asia. Bandingkan dengan hutan di Eropa yang memiliki hanya sekitar 500 spesies pohon.

Bagaimana bisa hutan tropis Asia, yang membentang dari India hingga Australia, memiliki keanekaragaman hayati tinggi?

Untuk mendapatkan jawabannya, para ahli dari berbagai disiplin ilmu (botani, taksonomi, paleontologi, dan evolusi) berkolaborasi dan mempelajari evolusi rotan.

Mengapa rotan? Karena rotan dan kerabatnya (Arecaceae dan Calamoideae) beragam di Asia. Saat ini, ia memiliki data yang kaya, mulai dari catatan fosil, morfologi dan taksonomi di berbagai daerah, serta penyebarannya tidak bergantung terhadap satwa tertentu. Sehingga jenis ini menjadi ideal untuk mengungkap misteri keberagaman tumbuhan hutan tropis Asia.

Secara umum, hanya ada dua cara bagi suatu wilayah membangun keanekaragaman spesiesnya. Pertama lewat imigrasi, yakni persebaran dari satu wilayah ke wilayah lain. Kedua lewat spesiasi, yakni pembentukan spesies baru dari spesies yang sudah ada.

Dengan kemajuan teknologi dan sekuensing DNA, para ahli menyelidiki evolusi garis keturunan rotan sampai pada tingkat spesies. Selanjutnya, mereka menambahkan data lokasi tanaman rotan modern ditemukan, sehingga diketahui asal usulnya. Serta melihat tingkat kekerabatan antar rotan modern dan rotan purba.

Hasilnya, para ahli mengatakan bahwa setiap pulau di daerah tropis Asia memiliki peran masing-masing. Ada empat peran: pertama, radiator, daerah yang memiliki tingkat spesiasi dan imigrasi tinggi. Daerah radiator memiliki kemungkinan tinggi sebagai pusat persebaran keanekaragaman hayati ke daerah-daerah lainnya.

Kedua, inkubator, yakni daerah yang imigrasinya rendah namun spesiasi tinggi. Ketiga, koridor, yakni daerah dengan imigrasi tinggi, namun spesiasi rendah. Terakhir, akumulator, yakni daerah dengan tingkat spesiasi dan imigrasi rendah.

Para ahli juga menemukan bahwa Kalimantan adalah satu-satunya radiator. Artinya, wilayah ini menghasilkan keanekaragaman spesies baru yang tinggi dan mendistribusikannya ke wilayah lain. Kalimantan yang terletak di tengah kawasan tropis Asia memang strategis dan ideal sebagai jalur persebaran biodiversitas ke pulau-pulau sekitarnya.

Sementara wilayah Semenanjung Thailand-Malaysia, Maluku, Jawa, dan Sumatera bertindak sebagai koridor. Wilayah Papua, Sulawesi, dan Indochina sebagai inkubator. Sementara India, Filipina, dan Australia diidentifikasi sebagai akumulator yang memperoleh keanekaragaman tumbuhan dari wilayah lain.

Dengan populasi manusia yang tumbuh pesat dan hutan hujan tropis yang semakin menipis, memahami peran setiap wilayah dalam membentuk keanekaragaman hayati di kawasan tropis menjadi penting untuk dipelajari. Karena dengan sumber daya terbatas, rasanya tak mungkin kita melindungi seluruh kawasan tropis Asia.

Ikuti percakapan tentang keanekaragaman hayati di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain