Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 07 Agustus 2019

Inilah Jumlah Emisi yang Berkurang Selama Mati Lampu

Berapa jumlah emisi yang berkurang selama mati lampu pada 4 Agustus 2019? Jumlahnya mencengangkan.

Berjalan dalam Gelap

DI luar soal kerugian ekonomi dan sosial akibat lampu padam, perlu juga kita tahu emisi yang bisa dikurangi akibat terhentinya emisi yang dihasilkan dari pemakaian listrik. Media-media daring memberitakan bahwa kualitas udara Jakarta membaik selama mati listrik pada 4 Agustus 2019.

Menurut catatan CNN pada Senin, 5 Agustus 2019, pukul 8.04 tingkat polusi udara Jakarta melorot ke peringkat 22 dunia dengan indeks kualitas udara 75 atau kategori moderat dan PM2,5 sebesar 23,5 mikrogram per meter kubik—lebih rendah dari ambang batas udara aman oleh WHO sebesar 25 mikrogram per meter kubik.

Sehari berikutnya, pada Selasa, 6 Agustus 2019, ketika listrik berangsur normal, kualitas udara Jakarta perlahan-lahan kembali memburuk. Skor pada pukul 07.34 WIB, indeks udara Jakarta naik 87 dengan PM2,5 sebesar 29,1 mikrogram per meter kubik.

Menurut Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKH) Dodo Gunawan seperti dikutip Kompas listrik padam dan polusi udara punya kaitan. Meski tak punya datanya, Dodo mengatakan polusi turun karena emisi pemakaian listrik berkurang.

Berapa sebenarnya emisi yang berkurang selama sehari mati lampu di Jakarta? Jika mengacu para perhitungan kasar pemakaian listrik jumlahnya kira-kira 24.559,94 ton setara CO2. Dari mana menghitungnya? Dari standar pemakaian listrik rata-rata penduduk Jakarta selama sehari.

Produksi emisi penduduk Jakarta

Berdasarkan survei dan penelitian mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB pada 2017 ini, rata-rata emisi dari pemakaian listrik orang Jakarta sebesar 0.8641 ton setara CO2/tahun/orang atau 0,0023674 ton setara CO2/orang/hari.

BACA: Trembesi vs Lidah Mertua: Lebih Kuat Mana dalam Menyerap Polusi?

Rumus menghitung emisi pemakaian listrik berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 5889/2016 . Meskipun aturan ini sudah dicabut karena tiap tahun diperbarui, rumus menghitung emisi akibat pemakaian listrik masih relevan dipakai:

Emisi CO2 per orang per bulan = Faktor Emisi Listrik 2016 (0,851 kg CO2/KWh) x konsumsi listrik KWh per kapita per bulan)

Faktor emisi listrik atau grid emission factor didefinisikan sebagai jumlah CO2 [kg] per produksi listrik [kWh].

Angka 24.559,94 ton setara CO2 berasal dari perkalian antara jumlah emisi per orang per hari dengan jumlah penduduk Jakarta sebanyak 10.374.235 jika mengacu data Badan Pusat Statistik 2017. Jumlah emisi sebesar ini setara dengan emisi karbon yang dilepaskan seluruh kendaraan bermotor Jakarta selama 2,82 hari jika mengacu pada emisi gas buang dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek sebanyak 8.713 ton setara CO2 per hari.

Pohon paling kuat menyerap emisi

Jika kemampuan satu batang pohon trembesi 0,08 ton per hari, butuh 306.999 trembesi untuk menyerap emisi pemakaian listrik per hari penduduk Jakarta. Diameter tajuk satu pohon trembesi rata-rata 15 meter sehingga satu hektare menampung sekitar 44 pohon. Pohon trembesi sebanyak itu harus ditanam di lahan 6.977 hektare atau 51 kali luas kompleks Gelora Bung Karno.

Serem, enggak, sih?

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain