Kabar Baru| 10 Agustus 2019
Orang Indonesia Paling Senang di Asia
JANGAN lupa bahagia. Kalimat sederhana yang acap beredar di media sosial ini begitu kuat, sebuah pesan agar kita senantiasa berusaha mencapai kebahagiaan. Sebab bahagia adalah tujuan utama kita hidup di dunia. Orang Indonesia telah melakukannya.
Meski politik acap ruwet, kendati ekonomi bisa mandek, atau pertikaian di media sosial bisa keras dan tajam dalam berebut dukungan calon presiden, orang Indonesia rata-rata masih bisa tertawa. Survei terbaru Gallup menunjukkan Indonesia satu-satunya negara Asia dalam 10 besar yang orang-orangnya memandang hidup dan dunia dengan lebih positif.
Indeks kepuasan hidup orang Indonesia menempati urutan ke-6 dengan skor 83. Indonesia nyempil di antara sembilan negara lain yang seluruhnya berasal dari Amerika Latin. Survei ini juga membuktikan merasa senang dengan hidup sehari-hari bisa tak berhubungan dengan keadaan negara dan layanan birokrasi. Sebab merasa senang adalah soal bagaimana pikiran positif bekerja.
Tak ada satu pun negara Skandinavia yang masuk 10 besar. Padahal, dalam pelbagai survei sebelumnya, negara Nordik seperti Norwegia atau Finlandia selalu menempati urutan teratas negara yang penduduknya bahagia jika dihubungkan dengan demokrasi, sistem politik dan pemerintahan, serta sistem layanan negara kepada masyarakatnya.
Negara-negara Amerika Latin yang layanan birokrasinya terpuruk justru masyarakatnya masih bisa tertawa dan memandang masalah dengan lebih ringan. “Orang Amerika Latin mungkin tidak selalu menilai kehidupan mereka yang terbaik, seperti negara-negara Nordik, tetapi mereka tertawa, tersenyum, dan menikmati hidup,” kata Jon Clifton, Global Managing Partner Gallup.
Survei ini dilakukan di 143 negara dengan melibatkan 151.000 responden orang dewasa. Pertanyaan untuk mengukur indeks kepuasan adalah:
- Apakah Anda merasa cukup istirahat kemarin?
- Apakah Anda diperlakukan dengan hormat sepanjang hari kemarin?
- Apakah Anda banyak tersenyum atau tertawa kemarin?
- Apakah Anda belajar atau melakukan sesuatu yang menarik kemarin?
- Apakah Anda mengalami perasaan berikut selama banyak hari kemarin? Bagaimana dengan kesenangan?
Sementara pertanyaan untuk mengukur ketidakpuasaan adalah:
- Apakah Anda mengalami perasaan berikut selama banyak hari kemarin? Bagaimana dengan sakit fisik?
- Apakah Anda mengalami perasaan berikut selama banyak hari kemarin? Bagaimana dengan kekhawatiran?
- Apakah Anda mengalami perasaan berikut selama banyak hari kemarin? Bagaimana dengan kesedihan?
- Apakah Anda mengalami perasaan berikut selama banyak hari kemarin? Bagaimana dengan stres?
- Apakah Anda mengalami perasaan berikut selama banyak hari kemarin? Bagaimana dengan amarah?
Parameter pengukurannya meliputi kecemasan, kegelisahan, kesedihan, stres, kebahagiaan, sakit. Sebanyak 7 dari 10 orang mengatakan mereka tersenyum dan tertawa (74%), merasa senang (71%), merasa cukup istirahat (72%), dan mendapat perlakukan secara hormat (87%). Secara keseluruhan indeks kepuasan hidup dalam survei ini sebesar 71, angka tertinggi sejak 2015.
Artinya, penduduk dunia umumnya merasa senang dengan banyak senyum dan tertawa. Survei ini mengkonfirmasi tesis Steven Pinker dalam buku Enlightenment Now atau Hans Rosling lewat Factfulness. Keduanya menunjukkan salah sangka umumnya perasaan orang di dunia bahwa keadaan sedang memburuk. Dengan statistik dan argumen yang meyakinkan, keduanya mentimpulkan dunia sudah lebih baik dibanding 100 tahun lalu dalam pelbagai hal.
Selain 10 negara paling senang, 10 negara paling tidak senang didominasi negara-negara Asia dan Timur Tengah seperti Mesir, Belarus, Yaman, Bangladesh, Turki, dan penduduk yang merasa paling buruk adalah Afganistan dengan skor 43. “Ini mencerminkan betapa dahsyatnya siklus negatif kemiskinan dan kekerasan bagi pengalaman sehari-hari warga Afganistan,” kata Clifton.
So, apakah Anda tersenyum dan tertawa terbahak-bahak kemarin? Jangan lupa bahagia, ya...
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :