Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 28 Juli 2020

5 Alasan Mengapa Kita Harus Melindungi Mangrove

Hutan mangrove sangat penting bagi penopang hidup manusia. Selain sumber ekonomi, juga penyimpan karbon yang besar.

HUTAN mangrove Indonesia terentang di antara 95.000 kilometer garis pantai yang mencapai luas 3 juta hektare atau 23% dari ekosistem bakau di seluruh dunia. Dengan tinggi pohon bisa mencapai 50 meter, juga akar menjuntai keluar dari tanah, mangrove telah menjadi penahan abrasi ketika laut pasang sekaligus memerangkap lumpur ketika laut surut.

Karena fungsi itu mangrove menjadi habitat yang kaya oleh material organik. Pohon mangrove selalu basah, karena itu biasanya menjadi tempat hidup udang dan kepiting, juga belut dan siput laut. Dengan daya tarik pangan dan sumber ekonomi itu, dan sebagai habitat hewan darat dan laut itu, mangrove Indonesia menghadapi ancaman nyata dari aktivitas manusia, yakni konversi menjadi pertambakan, terutama di Sulawesi, Sumatera, dan Jawa Timur.

Konstruksi Kayu

Dalam tiga dekade terakhir, 40% hutan mangrove Indonesia hilang (FAO, 2007). Tingkat kerusakan ini paling tinggi dibanding mangrove di negara lain. Jika dibandingkan total deforestasi kawasan hutan Indonesia sebanyak 840.000 hektare per tahun, kerusakan mangrove sebanyak 6% karena hanya ada 2% mangrove berada di kawasan hutan negara.

Ini lima alasan mengapa kita harus melindungi mangrove:

Penyimpan karbon terbesar

Dibanding wilayah tropis lain, atau dibandingkan jenis kawasan hutan tropis Indonesia, hutan mangrove merupakan kawasan dengan kandungan karbon terpadat. Hutan mangrove menyimpan lebih dari tiga kali rata-rata karbon per hektare hutan tropis daratan atau lima kali lebih banyak per hektare dibanding hutan tropis dataran tinggi.

Hutan mangrove Indonesia diperkirakan menyimpan 3,14 miliar ton karbon atau sepertiga stok karbon pesisir secara global. Seluruh ekosistem mangrove menyimpan karbon: 78% tersimpan di tanah, 20% di pohon hidup, dan 3% di pohon mati atau tumbang. (Murdiyarso et al., 2015).

Dengan daya simpan karbon yang besar itu dan mencegah laju deforestasinya, Indonesia bisa menabung ¼ reduksi emisi dari 26% yang dijanjikan dalam Konferensi Perubahan Iklim Paris untuk target pada 2020. Kehilangan hutan mangrove menimbulkan 42% emisi gas rumah kaca akibat ekosistem pesisir rusak.

Penahan abrasi

Dengan akarnya yang menyembul ke dalam dan permukaan tanah, dan kayunya yang kuat, dengan tinggi bisa mencapai 50 meter, mangrove bisa menjadi pelindung bagi masyarakat pesisir—jumlah terbanyak penduduk Indonesia—dari ancaman abrasi atau angin laut. Mangrove menjadi tempat berlindung paling aman karena menahan gempuran laut yang pasang. Menurut PBB, pada 2017 setidaknya ada 2,8 miliar orang yang tinggal di 100 kilometer pesisir.

Sumber pangan dan ekonomi

Nyaris semua hal yang ada di hutan mangrove bermanfaat bagi manusia. Selain menjadi habitat udang, kepiting, belut, dan siput laut, kayu mangrove juga menjadi bahan bubur kertas, bahan perahu nelayan, kayu bakar, atau arang, bahkan sebagai bahan baku obat-obatan.

Habitat keragaman hayati

Di luar habitat air, mangrove juga menjadi tempat bersarang habitat hewan darat. Burung-burung menjadikan pucuk-pucuk mangrove sebagai tempat bersarang dan bermain. Selain itu hutannya menjadi rumah bagi hewan-hewan pohon seperti monyet dan bekantan, berang-berang, dan pesut, juga hewan-hewan langka Indonesia lainnya.

Ekowisata

Hutan mangrove telah dimanfaatkan sebagai jenis wisata baru. Di Kalimantan Barat, tepatnya di Kubu Raya, beberapa perusahaan mengembangkan ekowisata mangrove karena hutan mangrove di sini menyimpan 40 jenis mangrove dari 60 spesies yang ada di Indonesia. Di Kubu Raya bahkan tumbuh jenis Kandelia candel, mangrove yang berbunga putih saat mekar. Tingginya bisa sampai 10 meter. Mangrove dari famili Rhizophoraceae ini merupakan spesies asli pantai-pantai Asia Selatan, menyebar ke India lalu ke Kalimantan.

Tonton videonya:

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain