Kabar Baru| 17 September 2019
Konsumen Rela Beli Energi Bersih Meski Mahal
KEINGINAN masyarakat Indonesia beralih dari memakai energi fosil ke energi terbarukan sangat besar. Setidaknya 36,5 persen responden dalam survei Koaksi Indonesia rela membayar listrik lebih mahal bila bersumber dari energi yang bersih. Alasannya juga menggembirakan: memakai energi fosil lebih lama akan menambah kerusakan lingkungan lebih lama.
Dari 96.651 pemakai Internet yang menjadi responden survei di 34 provinsi itu sebanyak 41,4 persen responden siap mengubah gaya hidup dengan melakukan tindakan hemat energi. Hasil survei selama 40 hari melalui platform Change.org itu diumumkan pada 17 September 2019 di Jakarta dalam diskusi “Diseminasi Hasil Survei Persepsi Publik Mengenai Energi Terbarukan”.
Seperti umumnya pemakai Internet, sebanyak 67,6 persen responden berusia antara 17 sampai 30 tahun, dengan 50,6 persen berjenis kelamin laki-laki dan 49,4 persen berjenis kelamin perempuan. Mayoritas responden (61,8 persen) tinggal di kota besar, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten.
“Suara dari kelompok masyarakat produktif akan mendorong terjadinya perubahan, termasuk perubahan yang diharapkan terjadi di tingkat pengambil kebijakan untuk memenuhi target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen dari bauran energi nasional pada 2025,” kata Nuly Nazlia, Direktur Eksekutif Koaksi Indonesia dalam rilisnya pada 17 September 2019.
Koaksi Indonesia adalah organisasi nirlaba yang menjadi pusat jejaring strategis dan inkubator ide-ide inovatif untuk berkontribusi dalam agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Mereka bekerja sama dengan para pemangku kepentingan di pemerintahan, sektor swasta, lembaga riset/universitas, organisasi masyarakat sipil, komunitas, dan penggerak muda untuk solusi dan aksi konkret dalam percepatan pengembangan energi terbarukan yang mendorong perubahan di sektor lain, seperti transportasi berkelanjutan dan ketahanan pangan
Matahari adalah energi terbarukan yang paling banyak dipilih responden. Sebanyak 23,8 persen dari mereka memilih matahari sebagai sumber energi bersih dan 22,4 persen memilih bioenergi. Sebesar 44 persen responden menyadari bahwa sektor energi terbarukan di Indonesia belum berkembang optimal.
Koaksi menyimpulkan bahwa hambatan pengembangan energi terbarukan disebabkan oleh rendahnya pemahaman publik tentang energi terbarukan. Hanya 19,7 persen responden yang memahami pentingnya energi bersih ini, ketergantungan terhadap energi fosil yang masih tinggi sebanyak 13,9 persen, dan riset yang bukan menjadi prioritas pemerintah kita saat ini (13 persen). Informasi terkait energi terbarukan paling banyak didapatkan dari media online (23,5 persen).
Walaupun informasi yang membahas energi terbarukan masih minim, para responden masih optimistis Indonesia mampu dan berpotensi mengembangkan energi terbarukan sesuai dengan kekayaan alam yang dimiliki. Secara berurutan energi terbarukan yang diinginkan responden sebagai sumber energi bersih adalah matahari (25,5 persen), air (20,6 persen), dan bioenergi (19,5 persen).
Para responden menyandarkan kepercayaan perubahan energi itu kepada presiden dan kementerian (25,5 persen) dan kepala daerah (15,1 persen). Sementara peran masyarakat umum dipilih oleh 23,6 persen dalam mengembangkan energi bersih ini.
Menurut Nuly, Koaksi Indonesia merasa penting melakukan survei energi terbarukan kepada anak muda karena jumlah mereka diperkirakan akan mencapai 70 persen populasi Indonesia pada tahun 2030. “Anak muda perlu lebih melek isu energi terbarukan agar dapat berperan aktif dan terjun langsung dalam pengembangan energi terbarukan ke depannya,” kata Nuly.
Dari survei itu terlihat bahwa para responden sudah menyadari pentingnya energi bersih. Sebanyak 46 persen merupakan lulusan sekolah menengah atas/kejuruan, 36,8 persen lulusan universitas yang menganggap penting energi terbarukan sebagai bentuk menjaga lingkungan karena ramah lingkungan, bebas polusi, dan tidak merusak alam.
Hasil survei selengkapnya klik di sini.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :