Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 08 Januari 2020

Vetiver: Akar Wangi Penyerap Limbah

Tanaman vetiver begitu perkasa menyerap limbah beracun. Cocok untuk mitigasi bencana karena mencegah longsor.

Vetiver di Situ Cisanti yang ditanam Irma Hutabarat sepanjang 5 kilometer (Foto: Firli A. Dikdayatama)

SUDAH 10 tahun Irma Hutabarat mengenal dan menggeluti vetiver. Tapi baru kali ini tanaman asal Tamil, India, itu populer karena disebut Presiden Joko Widodo sebagai solusi dalam mitigasi bencana atas usul Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo. Mereka bercakap ketika meninjau banjir dan longsor di Desa Sukajaya, Kabupaten Bogor, pada 6 Januari 2020.

Doni sudah membuktikan keampuhan vetiver ketika menjabat Panglima Komando Daerah Militer Siliwangi Jawa Barat. Ia memimpin pembersihan Citarum yang dijuluki sebagai sungai terkotor di kolong langit karena menjadi tempat segala sampah dan limbah. Ia menanami situ Cisanti yang menjadi hulu Citarum dengan vetiver (lihat foto).

Seyogianya, vetiver tanaman lama dan sudah dibudidayakan di Indonesia. Kita menyebutnya “akar wangi” karena orang Garut dan sekitarnya memanfaatkan akarnya untuk minyak gosok, parfum, dan pengusir nyamuk.

Syahdan, Irma kesengsem vetiver pada 2010 ketika anaknya berbisnis ikan lele. Penyiar televisi ini menengok kolam di Jakarta Selatan yang tak jadi dipakai karena anaknya punya kesibukan lain. Di sana, Irma melihat air kolam itu begitu bersih. Anak sulungnya itu rupanya menanami pinggiran kolam dengan vetiver, atas saran seorang kawannya yang sukses mengubah kali kotor di Bali dengan tanaman ini.

Sejak itu, Irma jatuh cinta pada tanaman ini. Ia pun, yang beralih jadi aktivis lingkungan begitu tak lagi aktif di dunia penyiaran, mempromosikan tanaman itu ke Citarum pada 2015. Ia membeli tanah di Jalan Inspeksi Citarum dan mendirikan rumah yang sekelilingnya ditanami vetiver. Ia juga menanam pinggiran Citarum yang airnya hitam dengan tanaman itu (lihat artikelnya).

Usulan Irma baru diterima ketika Panglima Militer Siliwangi dijabat Letnan Jenderal Doni Munardo. Ia yang membuat Gerakan Citarum Harum untuk membersihkan sungai yang menghalir hingga Laut Jawa sepanjang 269 kilometer itu. Doni setuju menanam vetiver di situ Cisanti, hulu Citarum di Desa Kertajaya di kaki gunung Wayang—tiga jam dari Bandung. Sementara Irma mengajak banyak komunitas menanam vetiver di beberapa sektor sepanjang Citarum di Bandung. "Sekarang sudah lebih 10 kilometer," katanya.

Kesaktian vetiver menawar racun Citarum:

Kini, setelah segala sampahnya dikeruk dari dasar danau, sekeliling situ sepanjang lima kilometer hijau dengan vetiver. Berkat tanaman ini pula air Cisanti bening dan tumbuh berbagai macam ikan. Karena itulah Doni—kini Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasinoal—mengusulkan kepada Jokowi agar memakai vetiver untuk menanggulangi bencana.

Vetiver (Chrysopogon zizanioides) bukan tanaman kemarin sore yang fungsinya menyerap racun. Dengan kekuatan akarnya yang seperenam kekuatan baja, ia bisa menguatkan tanah yang rawan longsor. Di Australia, vetiver juga ampuh menahan api. Ketika sekelilingnya hangus, vetiver tanaman yang kuat dan segera tumbuh begitu api padam.

Kekuatan vetiver ada pada akar. Ia bisa menancap pada tanah sedalam tiga meter. Sementara daunnya yang tipis dan berjela-jela bisa naik hingga 1,5 meter. Maka dengan tumbuh bisa mencapai 4,5 meter, vetiver dipakai masyarakat Asia sebagai tanaman pagar. “Tapi fungsi utamanya adalah menyerap racun,” kata Irma.

Karena itu Irma lebih senang tetap menyebutnya vetiver ketimbang akar wangi. Menyebut rumput ini akar wangi akan menimbulkan asosiasi pemanfaatan tanaman ini untuk parfum, sabun, pelindung kulit, makanan ternak, bahkan bahan dasar yogurt dan sirup, sehingga masyarakat memanennya. Padahal kekuatan vetiver ada di akarnya.

Akar vetiver: sekeras baja (Foto: R. Eko Tjahjono)

Dengan mengeluarkan resin dan minyak itulah, akar vetiver menghasilkan molum yang bisa menawarkan segala macam racun. Ia juga bisa tumbuh di tanah yang kaya atau miskin hara. Karena itu Raja Thailand setuju dengan proposal Bank Dunia pada 1990 dengan mewajibkan petani menanam vetiver di sawah mereka untuk mengusir gulma dan hama tanaman. Sejak itu, pertanian Thailand mengalami revolusi dan sempat menjadi kiblat pertanian di Asia. Berkat vetiver. Dengan itu pula vetiver terbukti bukan tanaman invasif kepada tanaman lain.

@ForestDigest

Tak hanya menyerap racun, mencegah erosi, atau dimanfaatkan untuk pengobatan, vetiver secara alamiah juga menjadi tanaman pelindung. Ular, nyamuk, dan binatang melata lain malas berhubungan dengan vetiver karena bau minyak akarnya (lihat artikelnya). Irma Hutabarat sudah membuktikannya. Sejak membangun rumah mungil di tepi Citarum di Bandung empat tahun lalu, tak sekalipun ia bertemu ular.

@ForestDigest

Irma tak memakai keramik untuk lantainya. Ia menghamparkan begitu saja daun vetiver sebagai alas rumah. Juga atap yang ia susun dari daun vetiver. Kendati hanya beberapa meter dari muka Citarum yang menghitam jika sore karena penuh limbah pasar dan pabrik, di rumahnya tak ada nyamuk. Air di kolam pun bersih. Padahal sumbernya dari aliran Citarum.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain