Kabar Baru| 11 Agustus 2020
Fungsi Masker Mencegah Penularan Virus Corona
DI era pandemi seperti sekarang, memakai masker dan menjaga jarak ketika bertemu orang lain menjadi faktor krusial dalam mencegah penularan virus. Virus corona dalam pandemi saat ini bisa hidup di aerosol selama tiga jam.
Aerosol adalah partikel kurang dari 5 mikrometer yang melayang di udara. Ia bisa menjadi medium hinggap virus sebelum menginfeksi tubuh manusia. Virus juga menular melalui cairan mulut atau droplet (partikel yang lebih besar dari 5 mikrometer) yang tersembur ketika bernapas, bersin, dan batuk.
Maka Badan Kesehatan Dunia menganjurkan agar kita menjaga jarak dari orang lain ketika mengobrol 1-3 meter. Tapi penelitian-penelitian terbaru menyebutkan bahwa jarak itu terlalu rapat karena aerosol maupun droplet bisa hinggap di baju kita atau terhirup karena terbawa angin. Universitas Nebraska menyarankan jaga jarak hingga 2 meter untuk kerumunan kurang dari 10 orang.
Saran ini diperkuat penelitian Eindhoven University Belanda dan UK Leuven Belgia yang meneliti semburan aerosol dan droplet pada orang yang berjalan, berlari, dan bersepeda. Untuk orang berjalan, droplet menyembur hingga lima meter, bagi yang joging hingga 10 meter, dan bersepeda cepat 20 meter.
Karena itu memakai masker di luar rumah menjadi penting karena akan melindungi kita dari paparan virus yang menumpang di cairan tubuh dan partikel. Virus akan tertahan sebelum masuk saluran pernapasan. Riset sejumlah peneliti yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine edisi 3 April 2020 menyimpulkan masker bedah standar bisa menahan virus corona tak keluar dari napas dan mulut penderita flu.
Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit Hong Kong pada 2013-2016 terhadap lebih dari 3.000 pasien. Ada tiga jenis virus yang diteliti dalam droplet dan aerosol di sekitar penderita flu: virus corona, virus influenza, dan virus rhino. Virus rhino adalah virus paling mudah menular penyebab flu.
Virus corona yang diteliti di sini adalah virus corona jenis SARS-Cov-1 yang menjadi pandemi pada 2002. Sementara virus corona yang kini sedang mewabah adalah virus corona jenis SARS-Cov-2 yang berasal dari satu marga dan keluarga besar virus corona. Asalnya juga sama dengan inang pembawa adalah kelelawar dan tenggiling.
Hasilnya mengejutkan. Semburan virus corona nol pada pasien yang memakai masker, baik di droplet maupun aerosol. Sementara dua virus lain tidak mencapai jumlah signifikan pada pasien yang memakai masker.
Dengan hasil seperti itu, pemerintah Indonesia pun mewajibkan semua orang yang berada di luar rumah untuk memakai masker mulai pekan ini. Juga kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang dimulai diterapkan Jakarta pada 10 April 2020. Jawa Barat menyusul.
Jakarta menjadi pusat epidemi disusul Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Makassar, meskipun dari catatan pemantau covid-19 semua provinsi sudah memiliki orang yang terinfeksi virus dari Wuhan, Cina, ini. Perguruan-perguruan tinggi memperingatkan akan ada ledakan pasien pada Mei-Juni ketika tes massal dan swab (tes cairan hidung dan tenggorokan) mulai menunjukkan hasil dan semakin banyak spesimen yang diperiksa.
Gambar oleh Alexey Hulsov dari Pixabay.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :