Kabar Baru| 13 Mei 2020
Virus Corona Bantu Dunia Menurunkan Emisi
KENDATI virus corona membuat jumlah orang miskin naik akibat kehilangan pekerjaan karena industri berhenti berproduksi, pandemi sejak Desember 2019 ini membuat jumlah emisi global turun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hingga 13 Mei 2020, virus ini telah menginfeksi lebih dari 4,3 juta jiwa dan membunuh 292.893 orang dan jumlah yang sembuh 1,6 juta.
Virus corona telah memaksa tiap-tiap negara menghentikan pembakaran energi tak terbarukan sehingga emisi karbon turun 8% pada kuartal pertama tahun ini, menurut studi terbaru International Energy Agency (IEA). Penurunan emisi karbon sebanyak ini kira-kira seperempat jumlah emisi yang disepakati semua negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Perjanjian Paris pada 2015. Penurunan energi listrik di Eropa bahkan hampir mencapai target pengurangan mereka pada tahun ini sebesar 32%.
Jika dibandingkan dengan penurunan energi akibat krisis global 2008, penurunan pemakaian energi akibat pandemi virus corona sebesar 7 kali lipatnya. Bahkan dua kali lebih besar penurunannya dibanding gabungan penurunan sektor energi dari semua krisis yang pernah ada sejak Perang Dunia II.
Turunnya emisi CO2 terakhir terjadi pada 2009, selepas dunia mengalami resesi ekonomi. Waktu itu penurunan emisi sebanyak 0,4 gigaton. Carbon Brief menghitung jumlah emisi yang berkurang sebanyak 8% atau setara dengan 2,6 gigaton setara CO2.
Sebelum pandemi virus corona, seluruh negara kesulitan mencapai target menurunkan jumlah emisi yang mereka sepakati dalam konferensi-konferensi iklim. Virus corona telah memaksa industri dan penduduk seluruh negara membatasi aktivitas yang menghasilkan emisi karbon.
Studi International Energy Agency (IEA) menengarai penurunan emisi tersebut berasal dari berkurangnya pemakaian semua sektor energi—sektor utama penyumbang pemanasan global.
Kebijakan mencegah penyebaran virus, menurut IEA, membuat pemakaian energi turun 5% pada Maret 2020 dan anjlok hingga 50% pada April 2020. “Permintaan batu bara terpukul paling keras, turun hampir 8% dibandingkan kuartal pertama 2019,” tulis laporan tersebut.
IEA menganalisis data harian pemakaian energi hingga pertengahan April 2020 di 30 negara atau 2/3 pemakaian energi global. Hasilnya, negara-negara yang menerapkan karantina wilayah penuh (total lockdown) pemakaian energinya turun 25% per pekan, sementara negara yang menerapkan karantina terbatas turun hanya 18%. “Permintaan energi tergantung pada durasi dan ketatnya penerapan karantina wilayah,” tulis laporan itu.
Secara umum, permintaan energi global turun 3,8% pada kuartal pertama 2020. Dengan melihat tren pada kuartal pertama, dan menimbang banyak negara mulai melonggarkan karantina wilayah mulai Mei 2020, IEA memperkirakan pemakaian energi tahun ini turun hingga 8%.
Selain permintaan terhadap batu bara yang turun, permintaan terhadap minyak bumi juga berkurang hingga 5% pada kuartal pertama 2020. Permintaan yang turun membuat harga minyak dunia anjlok hingga 70% pada akhir Maret 2020 ke angka US$ 20,48 per barel. Di Amerika bahkan minus akibat cadangan minyak mereka naik 10 juta barel dari asumsi ekspor 4 juta barel saja.
Penurunan harga minyak dunia tersebut merupakan fluktuasi harga paling rendah sepanjang sejarah. Virus corona telah memaksa dunia menghentikan produksi dan mendorong negara-negara produsen minyak melakukan perang harga agar mereka bisa mengeluarkan minyak ke luar negara mereka untuk mengurangi ongkos penyimpanan.
Sumber penurunan konsumsi minyak adalah karantina wilayah, terutama berhentinya penerbangan di seluruh negara. Sektor penerbangan merupakan penyumbang 60% pemakaian energi global. Setelah penerbangan, sektor transportasi menjadi pemakan energi paling besar. Pada Januari-Maret 2020 pemakaian energinya anjlok 50%.
Kabar baik dari virus corona yang lain adalah permintaan terhadap energi terbarukan yang naik. Pemakaian energi terbarukan adalah syarat utama pengurangan emisi. IEA memperkirakan, dengan melihat konsumsi energi tiap kali selesai krisis, pertambahan kenaikan emisi tahun ini karena semua negara mengejar target pertumbuhan yang menyusut akibat pandemi.
Meski pemakaian listrik turun 20% selama kuartal pertama, permintaan energi terbarukan untuk listrik naik positif di beberapa negara karena konsumsi listrik rumah tangga naik dibanding sektor lain selama karantina wilayah.
Dengan menimbang pelbagai kebijakan ekonomi makro setiap negara dalam pemulihan setelah pandemi, IEA memperkirakan permintaan terhadap minyak turun 9% atau rata-rata 9 juta barel per hari sepanjang tahun ini—turun ke level konsumsi pada 2012.
Penurunan minyak ini melampaui permintaan terhadap batu bara sebesar 8% karena total penurunan konsumsi listrik tahun ini turun 5% dibanding tahun lalu. Sementara permintaan terhadap gas akan terus turun melampaui angka penurunan kuartal pertama.
Sementara permintaan terhadap energi terbarukan diperkirakan meningkat karena biaya operasi yang rendah dan sumbernya yang makin naik. Terutama karena negara-negara mulai beralih memakai energi terbarukan dengan selesainya pelbagai proyek energi bersih pada tahun ini.
“Dalam perkiraan kami untuk tahun 2020, permintaan listrik global turun 5%, dengan pengurangan 10% di beberapa wilayah. Sumber-sumber rendah karbon akan jauh melampaui pembangkit listrik tenaga batu bara secara global,” tulisan laporan IEA.
Meski begitu ratusan ilmuwan top dunia yang berembuk merumuskan stimulus ekonomi pasca pandemi di London menduga kebijakan ekonomi negara-negara ke depan akan lebih ramah lingkungan. Dengan melihat masifnya kerusakan akibat virus corona, negara-negara akan terdorong berinvestasi dalam infrastruktur energi bersih, riset, pendidikan, dan investasi kesehatan.
Gambar oleh F. Muhammad dari Pixabay.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :