PERINGATAN Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni tahun ini diselenggarakan secara online di seluruh dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan tema peringatan adalah “Time for Nature”—saatnya kembali ke alam. Cocok sekali dengan situasi pandemi virus corona yang mewabah di seluruh dunia. Indonesia, melalui Indonesia Climate Change and Environment (ICCE) mengangkat tema lebih spesifik: “Pelestarian Alam dan Kearifan Lokal”.
Tema yang membumi tersebut cocok di tengah seluruh dunia tengah berintrospeksi atas berharganya kehidupan akibat krisis kesehatan global yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengingatkan bahwa “Pelajaran yang bisa diambil dari krisis ini adalah kita harus senantiasa siap menghadapi darurat kesehatan dan harus melakukan investasi layanan publik untuk menghadapi krisis”.
Pelajaran penting lainnya adalah perlunya meningkatkan kesadaran akan kualitas lingkungan dan kelestarian ekosistem yang terkait dengan kesehatan masyarakat. Di banyak kesempatan, Menteri Siti selalu mengingatkan bahwa bumi, atmosfer, biosfer, dan lingkungan memiliki kaitan sangat kuat dengan manfaat sosial (societal-beneficiaries), terutama kesehatan dan bencana alam, selain kegiatan pertanian.
“Kita harus sadar masalah lingkungan hidup tidak bisa diselesaikan melalui satu panasea atau resep dan dengan cara yang memuaskan dalam waktu singkat,” kata Siti saat berpidato dalam webinar peringatan Hari Lingkungan Hidup pada 5 Juni 2020.
Perlu ada penanaman kesadaran pentingnya perlindungan planet bumi, satu-satunya planet yang nyaman untuk kita tinggali, karena menyediakan makanan, udara, air, dan iklim. Semua sumber hidup manusia itu berasal dari alam, sehingga mengirim pesan kepada kita untuk membangun dengan lebih baik, memelihara alam sekaligus merawat diri sendiri.
Karena itu “normal baru” setelah pandemi adalah membangun sistem penopang kehidupan (life support system) dengan rambu-rambu pembangunan lingkungan dengan memakai prinsip-prinsip terbaik seperti pembangunan berkelanjutan (SDGs). Sehingga urusan pelestarian alam dan kearifan lokal semestinya tak sekadar tema peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, namun menjadi komitmen kita bersama dalam pemulihan pandemi dan setelahnya.
Pembangunan berkelanjutan dimasa depan hanya dimungkinkan dengan membangun kemitraan secara adil dan jujur dengan memobilisasi respons darurat kesehatan, ekonomi dan keamanan global, dengan dukungan semua pihak.
Ada empat prakarsa Indonesia, seperti disampaikan Menteri Siti dalam pidato peringatan Hari Lingkungan ini, dalam ikut memulihkan lingkungan global secara berkelanjutan. Fokus prakarsa itu ada pada aspek pembangunan yang tetap berpedoman pada protokol penanganan pandemi virus corona covid-19:
- Konsisten dalam komitmen mengimplementasikan penurunan emisi karbon sesuai Kesepakatan Paris 2015, sekaligus mengidentifikasi dan memfasilitasi peluang-peluang untuk mendukung keberhasilan di Konferensi Perubahan Iklim berikutnya pada 2021.
- Memperkuat kebijakan pengelolaan lingkungan, keamanan hayati dan biosekuriti dan langkah-langkah pengaturan untuk mendeteksi, mencegah, mengendalikan industri, kehutanan, pertambangan dan perumahan yang tidak berkelanjutan.
- Penguatan ekosistem laut, pantai, dan air tawar alami, serta keanekaragaman hayati yang dikombinasikan dengan pencegahan terhadap pemanasan dan pengasaman laut serta polusi yang meluas. Hal ini penting mengingat sumber daya genetika laut digunakan untuk farmasi termasuk anti-virus, dan konservasi ekosistem laut yang menjamin konservasi keanekaragaman hayati.
- Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab sehingga menghindarkan diri dari praktik-praktik yang menyebabkan sumber daya alam menipis, mengganggu ekosistem, ekonomi, dan infrastruktur yang intensif.
Menteri Siti Nurbaya menutup pidatonya dengan kalimat ini:
“Momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini diharapkan bisa menambah semangat kita senantiasa memperbaiki diri dalam berperilaku adil terhadap lingkungan, adil dalam pemanfaatan menurut kapasitas dan daya dukungnya, serta adil untuk terus merawatnya bagi kepentingan generasi masa depan”.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Ketua Harian Dewan Kehutanan Nasional 2006-2012, penasihat senior Strengthening Palm Oil Sustainability (SPOS) Indonesia Kehati
Topik :