Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 01 Juli 2020

Setelah Pelatihan Virtual Hutan Sosial: Lalu Apa?

Pelatihan virtual hutan sosial perlu diteruskan dengan materi yang sesuai kebutuhan petani dalam mengemas produk mereka dan memasarkannya memakai peranti digital.

Kemasan kopi produk KPH Lakitan Sumatra Selatan.

SEKITAR 3.000 petani hutan dan pendamping dari seluruh Indonesia telah selesai mengikuti pelatihan virtual sejak akhir April hingga Juni 2020. Terdiri dari enam gelombang, pelatihan diikuti oleh belasan angkatan yang masing-masing pembelajaran berlangsung selama empat hari. Secara gratis melalui platform rapat virtual secara online.

Meski kadang ada gangguan sinyal di beberapa pelosok, secara umum hambatan tersebut tak terlalu jadi masalah besar. Pelatihan berjalan lancar dan telah membentuk jaringan hutan sosial yang besar dan luas. Karena itu, pelatihan ini layak dicoba di era normal baru setelah pandemi virus corona.

Konstruksi Kayu

Sebagai salah seorang tutor, saya melihat perlu adanya beberapa inisiatif setelah pembelajaran jarak jauh ini selesai. Berikut ini beberapa pemikiran:

Pertama, pelatihan digital serupa perlu diberikan kepada perwakilan kelompok tani hutan lain yang sudah mendapatkan akses legal perhutanan sosial. Data dari Direktorat Jendral Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK menunjukkan sampai 24 Juni 2020 telah ada 6.632 unit surat keputusan perhutanan sosial yang terbit. Jika periode pertama baru diikuti 3.000 petani dan pendamping, masih ada banyak petani yang belum terjaring dalam pelatihan virtual ini.

Kedua, bagi mereka yang sudah mendapatkan pelatihan dasar di periode pertama, bisa mengikuti pelatihan tahap berikutnya dengan materi ajar lanjutan. Kita bisa mulai dengan menilik sajian pelajaran pada e-learning yang baru saja berlalu.

Pada periode pertama, materi dasar yang diajarkan meliputi pendampingan tahap awal, pengelolaan dan pengembangan kawasan, kerja sama serta akses permodalan dan pasar, pengelolaan pengetahuan serta monitoring dan evaluasi. Semua ini disebut sebagai role model pendampingan PS.

Menilik dari materi dasar tersebut, paling tidak ada beberapa tema pelatihan lanjutan yang bisa diberikan bagi mereka yang sudah pernah mendapatkan pelatihan tahap awal. Terutama soal peningkatan ketrampilan dan kapasitas (misal drone, pemetaan, pengemasan dan desain produk, dan sebagainya), permodalan dan pasar tahap lanjutan, pengawasan kualitas dari suatu produk dan diversifikasi, serta pengelolaan pengetahuan tahap lanjutan.

Jika ingin memastikan materi tersebut sesuai kebutuhan para peserta, panitia bisa melakukan survei singkat secara online untuk menjaring usulan. Apa yang mereka butuhkan dalam materi lanjutan dalam pelatihan tahap berikutnya?

Selain lebih efektif, pelatihan jarak jauh juga lebih efisien, dibanding kelas tatap muka yang memerlukan waktu, mendatangkan tutor, bahkan mendatangkan petani dari rumah mereka ke lokasi pelatihan. Selain biaya transportasi perlu biaya akomodasi karena pelatihan berlangsung empat hari. Dalam pelatihan virtual, hanya biaya honor untuk tutor dan uang saku bagi pendamping dan petani.

Untuk itu, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan perlu memperkuat Learning Management System (LMS) dengan lebih ramah bagi pengguna dan membuat peserta dan tutor mampu mengembangkan sistem belajar yang lebih interaktif.

Para tutor perlu juga menyiapkan bahan belajar yang lebih variatif, seperti tayangan visual, game, dan cara-cara kreatif lainnya.

Di era digital ini, pelatihan virtual tak hanya harus dikembangkan, tapi juga menjawab tantangan para petani hutan sosial yang membutuhkan pengetahuan pemasaran dan desain produk. Kapasitas petani perlu dikawal dan ditingkatkan agar tujuan perhutanan sosial mencapai sasaran.

Petani dan pendamping bisa meningkatkan kapasitas melalui pengenalan dan membiasakan teknologi digital serta kemampuan terkait lainnya. Mereka juga bisa diantarkan untuk memulai cara baru sesuai era ini.

Maka materi pelatihan juga perlu menyesuaikan dengan kebutuhan ini. petani dan pendamping perlu diajari, misalnya, dengan teknik pemotretan, teknik marketing di media sosial, cara promosi di era digital, dan lain-lain.

Dengan memperhatikan kebutuhan, pelatihan jarak jauh perhutanan sosial akan makin bermanfaat secara langsung bagi program besar pemerintah ini dalam mengentaskan kemiskinan, pemerataan ekonomi, dan tujuan ekologi pengelolaan hutan.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Board Kawal Borneo Community Foundation dan anggota The Climate Reality Leaders of Indonesia.

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain