Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 12 Agustus 2020

Mencegah Kebakaran Hutan di Masa Pandemi

Masyarakat peduli api di wilayah-wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan mendapat pelatihan secara virtual. Praktik memadamkan api tetap dengan tatap muka.

Pelatihan kebakaran hutan. (Foto: Istimewa)

MEMASUKI musim kemarau, pada Mei-Agustus, kebakaran hutan dan lahan biasanya rutin. Selain menghancurkan ekosistem hutan, ladang dan kebun masyarakat banyak yang habis dilalap api. Asapnya mengganggu kesehatan terutama menimbulkan infeksi saluran pernapasan.

Musim kemarau tahun ini jadi berbeda karena kita dibekap pandemi. Api tentu tak kenal pandemi. Pencegahan tetap harus sebagai antisipasi. Maka Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tetap membuat pelatihan penanggulangan kebakaran.

Konstruksi Kayu

Pelatihan yang digelar secara virtual dan tatap muka saat praktik itu digelar pada 4-8 Agustus 2020. Pelatihan diikuti masyarakat dari sebelas desa rawan api di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat. Jumlahnya 247 orang. Saya mengikutinya, dan mencatat beberapa hal menarik:

Mata pelajaran di kelas virtual ini di antaranya kebijakan pengendalian kebakaran hutan dan penegakan hukum, dasar-dasar kebakaran hutan dan lahan, teknik mengendalikan api serta membentuk masyarakat peduli api yang sadar hukum. Ada pula materi pengenalan usaha produktif untuk mendorong ekonomi di desa-desa peduli api. Pelatihan ini juga membuat rencana aksi pengendalian api di tiap desa yang akan menjadi panduan pencegahan kebakran hutan dan lahan.

Pemateri dan pelatih kelas virtual serta praktik lapangan datang dari berbagai latar belakang keahlian. Tak hanya dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, juga dari Direktorat Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi dan kabupaten, serta TNI, Polri, dan LSM.

Para peserta adalah para pemuda, tokoh masyarakat dan pegiat anti api di desa-desa peduli api. Ada juga pegiat LSM, anggota gerak cepat penanggulangan api tingkat desa dan kecamatan, seperti anggota Polsek, Koramil, Babinsa, Babinmas,

Muslim, 47 tahun, seorang peserta dari Riau, sejak 2014 bergabung di masyarakat peduli api Desa Pulau Gelang, Kabupaten Indragiri Hulu. Ia mengatakan kerap jadi korban api dari lahan hutan. “Pelatihan ini membuat saya makin terampil mencegah dan mengendalikan api,” katanya. Sebagai korban kebakaran, Muslim paham bagaimana bahaya api dan asap, terutama bagi anak-anak dan orang tua.

Muslim bersama timnya di MPA giat menyebarluaskan informasi di desanya tentang cara mencegah dan mengendalikan api. Ia selalu terlibat memadamkan api di Desa Pulau Gelang. Bahkan ia pernah memadamkan api sampai tingkat kecamatan Kuala Cenaku, seperti yang dilakukannya pada tahun 2018 lalu.

Ada lagi peserta lain yang masih berusia muda, 20 tahun. Namanya Aprilianto. Ia baru 7 bulan menjadi anggota MPA Perintis Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

Meski baru bergabung, sudah ada beberapa kegiatan pemadaman kebakaran di desa yang diikutinya. Keturunan Jawa dan Dayak ini menuturkan kisah heroiknya dalam mencegah penyebaran api dengan teknik blokade menggunakan batang pohon.

Api merambat cepat mengepungnya dan seorang kawan lainnya. Mereka hampir terjebak di tengah api dan asap yang begitu tebal. Mereka berhasil keluar dari kepungan api. “Jadi penting kompak ketika menghadapi api,” katanya.

Menurut Aprilianto, pelatihan dan kolaborasi adalah kunci masyarakat kian paham dan terampil ketika menghadapi kebakaran hutan dan lahan. Ia dan Muslim sepakat pelatihan ini penting dan berguna bagi mereka dalam menghadapi api.

Sistem monitoring pemantauan kebakaran KLHK, sipongi, mencatat hingga Agustus 2020 luas kebakaran hutan dan lahan seluas 64.600 hektare, menurun drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya pada Juli-Agustus. Di beberapa wilayah, manggala agni, polisi dan tentara, bersiap mengantisipasi kobaran api di hutan dan lahan.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Board Kawal Borneo Community Foundation dan anggota The Climate Reality Leaders of Indonesia.

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain