SAYA kerap mendapatkan pertanyaan dari teman soal-soal yang berkaitan dengan pohon, ketika kami sedang berjalan menyusuri taman atau hiking di hutan, seperti ketika artikel ini saya tulis. “Kira-kira berapa umur pohon ini?” semacam pertanyaan yang rutin.
Pertanyaan sederhana, memang. Tapi karena bukan ahli pohon, saya perlu berpikir keras mengingat-ingat pelajaran memprediksi usia pohon.
Di hutan tanaman industri, usia pohon bisa kita tahu karena hidupnya diberi penanda. Bagaimana dengan pohon liar di hutan? Ketika saya memikirkan ini, muncul pertanyaan lain: mengapa kita perlu tahu usia pohon? Untuk apa?
Bagi industri kehutanan, estimasi usia pohon bermanfaat dalam menentukan rata-rata umur tegakannya. Data ini berguna untuk mengetahui pertumbuhan dan nilai ekonominya sehingga bisa kita tahu produktivitas sebuah lahan.
Pelajaran-pelajaran tentang pohon memberikan beberapa cara mengetahui usianya. Mulai dari penentuan umur pohon secara ilmiah dan teknis sampai perkiraan sederhana yang bisa dipraktikkan anak-anak sekolah.
Secara ilmiah, para peneliti mengetahui usia pohon melalui analisis lingkar tumbuh yang berbentuk cincin, dengan lingkar-lingkar konsentris, seperti yang bisa kita lihat pada batang pohon yang sudah tumbang atau ditebang. Ilmunya disebut dendrokronologi.
Dendrochronology berasal dari bahasa Yunani kuno: ‘dendron’ berarti pohon dan ‘khronos’ berarti waktu. Ini adalah cabang ilmu anatomi kayu yang mengamati lingkaran pertumbuhan pohon yang berkaitan dengan kondisi iklim lingkungan pembentuknya.
Tulisan Dewi (2019) tentang Dendrokronologi menjelaskan bahwa metode ini bisa memprediksi umur pohon dan merekonstruksi faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Bagaimana cara sederhana membaca pohon dari pola cincinnya?
Lingkar tumbuh yang relatif lebar akan terbentuk pada lingkungan pohon yang kondusif, dengan suhu, curah hujan, dan cahaya matahari yang memadai bagi sebuah pohon berkembang. Sebaliknya, iklim kering, penyakit, suhu yang tidak sesuai, atau persaingan dengan pohon lain akan memperlambat pertumbuhan sebuah pohon dan menghasilkan lingkar tumbuh yang sempit.
Warna pada cincin pohon juga memiliki ceritanya sendiri. Warna yang lebih muda terbentuk pada musim semi dan awal musim panas (kayu awal). Sementara warna yang lebih gelap terjadi pada akhir musim panas dan musim gugur (kayu akhir) karena berkurangnya nutrisi dan cahaya matahari. Perbedaan warna pola cincin kayu ini lebih terlihat nyata pada pohon-pohon di negara empat musim.
Jumlah lingkaran itulah yang memberi informasi usia sebuah pohon. Satu lingkar tumbuh pohon terbentuk dari satu bagian kayu awal dan satu bagian kayu akhir, yang diasumsikan berlangsung selama satu tahun. Dengan menghitung jumlah lingkaran tahun dari bagian empulur (inti kayu) sampai ke kulit, umur pohon bisa kita perkirakan.
Metode ini mudah kita terapkan jika pohon sudah ditebang. Pada pohon yang masih berdiri, para peneliti biasanya mengambil sampel bagian inti pohon dengan bor riap (increment borer), tanpa merusak pohon secara permanen. Lubang bekas pengeboran lalu ditutup dengan sejenis lilin untuk mencegah infeksi. Analisis laboratorum akan memberikan informasi usia pohon, termasuk berbagai gangguan dan tekanan yang menerpa pohon tersebut semasa hidup.
Cara lain mengetahui usia pohon adalah memakai tabel pertumbuhan berbasis jenis. Asal kita tahu jenisnya, usia pohon bisa kita tahu dengan mengukur kelilingnya. Tabel pohon akan mempertemukan diameter dan jenis dengan usia pohon tersebut.
Menurut The State of Canada Forest 2017, analisis lingkar tumbuh pohon bisa mengungkap setidaknya lima misteri dalam sejarah hidup sebatang pohon: umur, sejarah kebakaran, serangan hama dan penyakit, kondisi iklim, dan kualitas seratnya.
Seperti sebuah curriculum vitae, cincin pohon menyimpan data lengkap yang berguna bagi para peneliti memberikan perlakuan terhadapnya.
Anchukaitis (2017) dalam Tree Rings Reveals Climate Change: Past, Present and Future bahkan menyebutkan cincin pohon tak hanya mencatat perilaku cuaca di masa lalu, juga mengidentifikasi peran manusia dalam perubahan iklim. Data cincin pohon, karena itu, membantu kita memperkirakan bencana akibat pemanasan global.
Perubahan iklim semakin membutuhkan peran cincin pohon. Penelitian-penelitian kini memakai analisis lingkar tumbuh pohon untuk mengetahui keadaan suhu yang menekan pohon-pohon itu. Di Indonesia, cabang ilmu ini kurang peminat. Mungkin karena anggapan bahwa dendrokronologi sebagai penelitian dasar yang kurang aplikatif.
Bagi pengelola hutan, mengetahui umur dan sejarah pohon akan membantunya menyusun rencana pengelolaan tegakan hutan. Bagi masyarakat, memprediksi usia pohon bisa meningkatkan penghargaan, penghormatan, dan kepedulian terhadap mereka—satu instrumen penting dalam mitigasi perubahan iklim.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Rimbawan tinggal di Kanada. Menyelesaikan pendidikan doktoral dari University of Natural Resources and Life Sciences Wina, Austria, dengan disertasi dampak desentralisasi terhadap tata kelola hutan di Jawa
Topik :