Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 18 November 2020

Jalur Jalan-Setapak Nusantara

Indonesia memerlukan sistem jalan-setapak nasional untuk mengawinkan kepentingan ekonomi sekaligus meningkatkan kepedulian kepada alam yang kian rentan. Bagian kedua dari dua tulisan.

Jalur perbukitan menjadi babian dari jalan-setapak nusantara (Foto: Sunarto)

SISTEM jalan-setapak nusantara dan jalan-jalan bertanggung jawab bisa dikembangkan menjadi produk dan aset kebanggaan Indonesia. Pengembangan melalui kombinasi modal alam dan sumber daya manusia ini akan mendukung ekonomi berkelanjutan yang tumbuh melalui stimulasi berbagai kegiatan terkait penjelajahan alam.

Selain sebagai sarana edukasi peduli alam, sistem jalan-setapak nasional berpotensi membuka peluang besar dan berkelanjutan untuk berbagai hal. Seperti pengembangan ekonomi kreatif berbasis penjelajahan alam, pengembangan obyek dan kegiatan wisata, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai jalur-setapak dan beragam kegiatan luar ruang.

Konstruksi Kayu

Dampaknya tak hanya akan membuka peluang kerja, juga usaha bagi banyak orang dengan beragam keahlian, peningkatan kepedulian pada lingkungan, perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat, kesempatan interaksi sosial yang lebih baik, dan menumbuhkan peran-serta masyarakat untuk perbaikan lingkungan.

Sistem-jalan setapak nusantara juga bisa menjadi sarana pengembangan generasi muda yang sehat dan peduli, dan sarana mempertahankan kebugaran dan peran aktif generasi lebih tua. Secara individu, para penjelajah akan terpenuhi kebutuhan mereka akan hobi, kontemplasi, sekaligus rekreasi.

Mereka yang beraktivitas di alam bebas juga memiliki peluang berinteraksi sosial secara lebih baik, dan menerima manfaat kesehatan berupa udara segar serta pemandangan alam. Hal-hal seperti ini adalah kebutuhan dasar bagi tiap orang. 

Saat ini Indonesia telah memiliki ribuan atau mungkin ratusan ribu jalan-setapak, sebagai sarana rekreasi maupun sebagai penghubung antar wilayah/komunitas. Masalahnya, jalan-setapak ini masih banyak yang belum saling terkoneksi dan dikelola secara terintegrasi.

Beragam jalur tradisional telah ada sejak dulu dan sebagian masih terawat. Hampir setiap gunung memiliki satu atau lebih jalur pendakian. Sebelum ada kendaraan, antara satu kampung dengan kampung lainnya, jalan-setapak adalah penghubung dua wilayah.

Indonesia memiliki potensi luar biasa mengembangkan jaringan jalan-setapak nasional yang kaya, beragam, dan khas. Beragam kondisi alam mulai dari jalur pantai, jalur pegunungan, jalur lintas perladangan antar-kampung, jalur keliling danau. Meski terkesan bias daratan, sistem ini bisa menjadi penghubung antar pulau dengan membuat jalur-jalur laut. Sebab, di laut juga ada pertemuan dan udara yang sehat.

Hal pertama untuk mewujudkannya adalah memetakan jalur-setapak itu secara kolaboratif, dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten, hingga desa. Kategori jalur jalan-setapak nusantara, terdiri dari:

1) jalur jalan setapak lintas pulau (Island-crossing) baik melalui jalur pantai ataupun jalur punggung perbukitan,

2) jalur jalan setapak seputar taman nasional (national park circle),

3) jalur jalan-setapak dalam kawasan taman nasional dengan tujuan khusus (within-park special destinations), dan

4) jalur jalan-setapak antarbudaya (inter-cultural trails).

Kategori lintas pulau, misalnya, untuk wilayah Sumatra bisa berupa jalan-setapak pantai barat dari Bengkunat di Lampung hingga Lho-Nga di Aceh, atau dari Kota Agung di Lampung ke Seulawah di Aceh Untuk Jawa berupa bisa dari Ujung Kulon di Banten to Alas Purwo; di Banyuwangi, Jawa Timur. Sulawesi: jalur pantai Bira-Laora (Teluk Boni). Papua: jalur pantai The Bird’s Back Paradise dari Sorong hingga Jayapura dan jalur pantai The Bird’s Chest Papua melalui Kaimana-Merauke.

Jalur pantai bisa menjadi bagian sistem jalan setapak nusantara di dalam dan menghubungkan pulau (Foto: Sunarto)

Penjelajahan adalah ibarat pedang bermata dua. Jika digunakan dengan benar, jalur-setapak menjadi alat pengelolaan lingkungan yang mumpuni. Pembukaan dan pengelolaan jalan-setapak yang baik akan meningkatkan nilai manfaat suatu kawasan dan secara bersamaan meningkatkan dukungan bagi pengelolaannya.

Jalan-setapak menjadi alat pengelolaan pengunjung. Misalnya pada kawasan konservasi atau lindung, jalur-setapak akan menjaga pengunjung terkonsentrasi di tempat tertentu sehingga mengurangi gangguan terhadap flora-fauna langka yang sensitif dan perlu dijaga. Jalan-setapak juga akan menjadi sarana rekreasi yang kebutuhannya semakin meningkat seiring dengan peningkatan ekonomi dan kesadaran akan kesehatan holistik.

Dengan sistem jalan-setapak nasional, yang mencakup peraturan yang menjamin status dan tata kelola termasuk pendanaan dan alokasi sumber daya, perlu ada jaminan pengembangan jaringan jalan-setapak dan program pendukung serta memaksimalkan manfaat dan dampak positifnya. Sistem mesti memudahkan alokasi anggaran serta sinergi program antar-lembaga yang diperlukan untuk sebuah tata kelola rekreasi berbasis jalur yang efektif.

Sistem-jalan setapak nasional yang terjaga akan menjadi tonggak puncak peradaban baru. Sistem ini akan menanamkan dan memupuk sekaligus menumbuh-kembangkan komitmen antar-generasi untuk ikhtiar merawat alam dan peradaban Nusantara.

Tulisan pertama dari tema ini bisa dibaca di sini.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Pemerhati lingkungan dan penggemar jelajah alam. Anggota Dewan Penasehat Forum HarimauKita dan anggota Specialist Groups IUCN SSC

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain