SELAIN air dan udara, tanah adalah komponen penting penunjang kehidupan di bumi. Seperti ditulis Zhang Ningyang dalam Shénqí de tÇ”rÇŽng (Keajaiban Tanah), tanah tak sekadar bumi dipijak, tapi pusat segala kehidupan penopang planet ini. Tanah bahkan bisa bernapas.
Karena itu, pada perayaan Hari Tanah Internasional ke-6 pada 5 Desember 2020, Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengambil tema terkait pentingnya keragaman hayati di bawah tanah. Keragaman hayati adalah penopang utama sebuah sistem, termasuk hidup manusia dan mahluk-mahluk lain.
Tanah yang setiap hari kita pijak dan seolah-olah pasif itu, di bawahnya menyimpan ragam kehidupan yang saling terhubung dan menentukan apa yang ada di atasnya. Hanya sebagian kecil yang kasat mata, lainnya tak terlihat dengan mata telanjang karena berukuran renik.
Menurut Soil Biodiversity, segenggam tanah menyimpan jutaan jenis mikroba dan ratusan jenis hewan tak bertulang (invertebrata) mikroskopis. Studi Ramirez (2014) di Central Park seluas 3,41 kilometer persegi di pusat kota New York, Amerika Serikat, menemukan bahwa taman kota terbesar di dunia ini menjadi rumah bagi 120.000 tipe bakteri dan 40.000 jenis jamur, protozoa, arthropoda.
Kehidupan di bawah tanah adalah terra incognita, wilayah yang belum tereksplorasi. Manusia baru bisa mengidentifikasi 1% mikroorganisme. Berbeda dengan tumbuhan yang diperkirakan sudah tercatat sebanyak 80%. Mengapa keragaman hayati di bawah tanah penting?
FAO mengelompokkan komunitas penghuni tanah ke dalam empat kategori besar: 1) mikrofauna dan mikroorganisme, termasuk jamur, bakteri, virus, dan protozoa; 2) mesofauna, intervetebrata mikroskopis, termasuk parasit (nematoda) dan arthoproda; 3) makrofauna, seperti cacing tanah, rayap, semut, kaki seribu, kutu kayu); dan 4) megafauna: kelinci, katak, berang-berang, lalat, dan luak.
Dengan susunan mahluk hidup seperti itu, kehidupan di bawah tanah sama riuhnya dengan kehidupan di atas tanah. Ada komunitas mikroba yang saling berinteraksi antar mereka sendiri, dan komunitas ini juga berinteraksi dengan komunitas penghuni tanah lainnya. Interaksi inilah yang kemudian menjadi penting dan menentukan kesuburan tanah dan hidupan di atasnya.
Salah satu contoh aktivitas dan interaksi mikroba yang bermanfaat bagi kepentingan manusia adalah jamur mikoriza, yang membantu mengikat partikel-partikel tanah sehingga meningkatkan produktivitas lahan. Dalam Encyclopedia of Ecology ada penjelasan bahwa aktivitas berbagai makrofauna, seperti cacing tanah, semut, dan rayap berdampak dramatis terhadap aerasi (pertambahan oksigen) ke dalam tanah.
Pergerakan mereka di bawah tanah menciptakan pori-pori makro dan saluran dalam tanah yang memperlancar aliran air dalam profil tanah. Mobilitas mereka juga memungkinkan bercampurnya partikel antar horizon tanah, dan membawa fragmen serasah daun dari permukaan tanah ke dalam tanah. Aktivitas mereka pada akhirnya berdampak positif pada tekstur dan densitas tanah, serta memperkaya bahan organik tanah.
Banyak studi menunjukkan bahwa tanah yang tidak dihuni oleh cacing tanah akan kehilangan 90% efektivitas menahan air. Berbagai aktivitas megafauna dalam mencari makan, menggali lubang dan membangun sarangnya, seperti kelinci dan berang-berang, menjadi agen utama perputaran dan distribusi tanah.
Aktivitas beragam biota tanah ini bagaikan “pabrik” yang mengatur berbagai proses alam dan menyediakan jasa ekosistem bagi manusia. Semakin beragam biota tanah yang menjadi pekerja di pabrik tersebut, semakin banyak dan beragam pula layanan lingkungan yang tersedia.
Jasa yang disediakan oleh pabrik itu termasuk menguraikan bahan organik, menyaring air, menstabilkan tanah, memperbarui kesuburannya, menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman, memodifikasi siklus hidrologi (termasuk mitigasi banjir dan pengendali erosi), mengendalikan hama dan patogen pada tumbuhan dan binatang. Sebagai contoh, laporan komisi Uni Eropa tentang tanah menyebutkan bahwa tingginya keragaman hayati di dalamnya akan membantu menyaring berbagai bakteri dan virus pada air tanah, sehingga air menjadi lebih bersih dan aman untuk konsumsi manusia.
Keragaman hayati tanah mempengaruhi proses-proses ekosistem di darat, air maupun udara melalui pengaturan aliran karbon dioksida dan penyimpanan karbon di bawah tanah.
Bagaimana invertebrata berukuran kecil dapat berdampak pada manusia? Dalam Ecosystem Consequences of Soil Warming dijelaskan bahwa walaupun berukuran kecil, ketika invertebrata kecil seperti nematoda dan mikroarthropoda mencapai kepadatan tinggi, dampak mereka akan merentang berhektare-hektare, khususnya pada ekosistem pertanian.
Apalagi invertebrata berukuran lebih besar. Ketika populasi mereka padat, mereka akan berpengaruh pada proses ekosistem bahkan pada skala lanskap. Dalam artikel tersebut juga dijelaskan bahwa fauna dalam tanah dapat berpengaruh pada respons tanaman terhadap pemanasan global.
Meski tidak terlihat, keragaman hayati komunitas penghuni tanah juga terancam oleh berbagai tekanan luar, termasuk perubahan iklim dan manusia. Ada lima pemicu hilangnya keragaman hayati tanah yang diidentifikasi FAO, yaitu: perubahan tata guna lahan, jenis-jenis tanaman invasif, praktik pengelolaan tanah yang tidak berkelanjutan, polusi, serta pelapisan tanah (soil sealing) dan urbanisasi.
Restorasi ekosistem merupakan salah satu jalan untuk mengembalikan keragaman hayati tanah, selain juga praktik budi daya tanaman dan pembangunan infrastruktur yang bersahabat dengan lingkungan.
Tanaman membantu menyediakan makanan bagi berbagai kehidupan di dalam tanah, dan sebagai imbal baliknya, tanah dan komunitas tanah juga menyediakan nutrisi bagi tanaman dan melindunginya. Hubungan selaras keduanya membuat kehidupan di bumi akan terus berlanjut. Tanah perlu dijaga karena ia tempat awal yang menjadi cikal bakal segala makanan yang kita lahap.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Rimbawan tinggal di Kanada. Menyelesaikan pendidikan doktoral dari University of Natural Resources and Life Sciences Wina, Austria, dengan disertasi dampak desentralisasi terhadap tata kelola hutan di Jawa
Topik :