Kabar Baru| 13 Desember 2020
Anjing Bisa Deteksi Covid-19
DENGAN 300 juta reseptor penciuman di hidungnya, anjing bisa mendeteksi zat yang dilepas tubuh manusia yang terinfeksi virus, termasuk virus corona covid-19. Uji coba yang dilakukan di Prancis dan Lebanon membuktikan bahwa penciuman anjing mengendus sampel keringat dari orang yang terdeteksi covid-19 dengan tingkat akurasi 100%, dan 98% untuk akurasi deteksi sampel keringat noncovid-19.
Sejumlah peneliti membuat uji coba penciuman anjing di Beirut dan Paris dengan mengumpulkan sampel keringat dari 177 relawan (95 orang positif covid tanpa gejala, dan 82 negatif covid). Sampel-sampel tersebut dikumpulkan dari lima rumah sakit yang mengetes para relawan melalui tes usap.
Para peneliti mempublikasikan uji coba itu di jurnal PLOS One menyebutkan bahwa temuan ini menjanjikan karena penciuman enam anjing pelacak terlatih mampu membedakan sampel keringat positif covid dan negatif dengan tingkat akurasi 76-100%. Meski begitu, para peneliti mengatakan uji coba ini perlu diuji validitasnya dengan memakai sampel yang lebih banyak.
Uji validitas ini penting karena manusia belum memahami tanda-tanda kebingungan anjing ketika mereka mencium suatu aroma. Meski begitu, metode uji coba ini menarik karena mengetes beberapa kali penciuman anjing terlatih terhadap deteksi pertama terhadap sampel yang mereka hidu.
Kemampuan anjing mencium aroma yang berbeda-beda membuat mereka jadi hewan andalan untuk mengendus pelbagai jenis barang. Karena itu anjing pelacak terlatih membedakan bau logam pada pistol, bau narkotika, bahkan dalam pengobatan penciuman anjing telah diakui bisa membedakan keringat pasien yang memiliki kanker dan terkena malaria.
Tubuh manusia bereaksi ketika terkena virus. Reaksi itu menghasilkan senyawa yang mudah menguap dari tubuh dan menciptakan aroma. Dengan sensitivitas penciuman yang 6 kali lebih kuat dari reseptor hidung manusia, anjing menghidu senyawa tersebut dan mampu membedakannya.
Bau tubuh manusia tecermin dari keringatnya. Karena itu para peneliti di Paris dan Lebanon menyerap keringat para relawan di ketiak mereka, organ paling kuat meruapkan bau tubuh.
Selain uji coba di laboratorium, para peneliti juga menguji coba ketajaman penciuman anjing di ruang publik. Riad Sarkis, ahli bedah dan peneliti di Saint Joseph University Beirut, memakai dua anjing untuk mendeteksi infeksi virus covid-19 pada 1.680 penumpang pesawat. Dua anjing itu menemukan 158 orang terinfeksi virus yang dibuktikan dengan tes usap.
Menurut Sarkis dua anjing itu secara akurat 100% mendeteksi orang yang tak memiliki virus di tubuhnya dan akurasi 92% untuk deteksi orang yang memiliki virus ini. Sayangnya, temuan ini tak dipublikasikan di jurnal untuk mendapatkan tanggapan dari komunitas ilmiah. “Ini sangat akurat, layak, dan murah,” kata Sarkis, yang melakukan uji coba lain di sekolah, bank, toko buku, penjara, dan pusat belanja.
Meski sejak awal pandemi anjing telah dilibatkan dan dilatih mendeteksi virus covid-19, hingga kini belum ada kepastian pemakaian anjing mendeteksi virus corona dalam skala luas. Para ahli lebih menyarankan tes usap, dengan deteksi sampel cairan dari pangkal mulut dan hidung, untuk akurasi tinggi dalam mendeteksi virus.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :