Kabar Baru| 13 Desember 2022
Apa Saja Target COP15 CBD Montreal
SUHU di bawah 0 tak menghalangi ratusan orang turun ke jalan di Montreal, Kanada, pada Sabtu pekan lalu. Membawa spanduk dan berkostum seperti burung dan pohon, para aktivis menyuarakan perlunya kesepakatan yang kuat untuk melindungi alam pada Konferensi Keanekaragaman Hayati COP15 atau yang populer dengan nama COP15 CBD (convention on biological diversity).
Para aktivis khawatir mereka yang berudning di COP15 CBD gagal mencapai titik temu melindungi tumbuhan, serangga, dan beragam spesies lain yang terancam punah dengan kerangka kerja yang lebih nyata dan keras. “Kami mengikuti dari dalam, yang kami lihat jelas belum cukup, karena itu kami turun ke jalan,” kata Esmeralda Wirtz dari Global Youth Biodiversity Network kepada VOA.
Delegasi 193 negara berunding COP CBD Montreal pada 7-19 Desember. Dalam konferensi ini mereka akan membahas 24 target melindungi keanekaragaman hayati, termasuk memangkas polusi, mengurangi dan mencegah konflik manusia dengan hewan liar, memproteksi 30% flora dan fauna di daratan dan laut pada 2030.
Dengan draft perjanjian yang masih dibahas, para aktivis khawatir para delegasi tidak cukup waktu menghasilkan kesepakatan yang ambisius untuk mencapai target melindungi keanekaragaman hayati.
Berikut beberapa target kunci yang ada di dalam draf pembahasan COP CBD ke-15 seperti dilansir Guardian. Seperti biasa, semua bisa berubah dalam proses negosiasi. Kesepakatan akhir ini tidak akan mengikat secara legal meski masuk ke dalam konvensi PBB dan konvesi biologi.
Melindungi bumi
Lebih dari 100 negara mendukung proposal menjaga setidaknya 30% daratan dan lautan pada akhir dekade. Insipirasi ini datang dari teori Half-Earth dari ahli biologi Harvard Edward O. Wilson yang menyatakan manusia harus memproteksi setengah satwa liar dari planet ini untuk kelangsungan hidup jangka panjang. Inggris, Prancis, Kosta Rika, dan Kanada memimpin koalisi usulan ini.
Pestisida
Dari Jerman hingga Puerto Riko populasi serangga turun drastis. Ini efek penggunaan pestisida secara berlebihan. Padahal serangga penting sebagai tanda ekosistem yang sehat. COP15 CBD Montreal menargetkan kesepakatan dunia bisa mengurangi pengunaan pestisida hingga dua-pertiga. Uni Eropa menargetkan pengurangan 50% pestisida pada akhir dekade ini.
Mencegah kepunahan
Beberapa klausul perlindungan 1 juta spesies yang diperkirakan terancam punah akibat ulah manusia telah diajukan dalam perjanjian COP15 CBD. Namun di balik layar, beberapa negara sama sekali tidak mau menyebutnya.
Subsidi pemerintah
Setiap tahun, dunia menghabiskan sekitar $1,8 triliun untuk subsidi yang mengakibatkan musnahnya satwa liar dan meningkatkan pemanasan global. Misalnnya, keringanan pajak untuk "membersihkan" Amazon yang kemudian dipakai untuk peternakan sapi atau dukungan keuangan untuk mengekstrasi air tanah di Timur Tengah. Sejumlah besar uang dikeluarkan pemerintah untuk kebijakan yang merusak lingkungan.
Polusi plastik
Maret lalu, para pemimpin dunia sepakat membuat perjanjian yang mengikat secara hukum tentang sampah plastik. Seperti kita ketahui, sampah plastik kini sudah mencemari lautan, sungai dan daratan di bumi, bahkan menyumbat perut paus, hiu, ikan dan penyu. Putaran pertama pembahasan berakhir di Uruguay minggu lalu.
Spesies invasif
Penyebaran hewan dan tumbuhan asing di ekosistem yang tidak seharusnya menjadi problem serius. Sebagai contoh, kelinci knotweed Jepang dan babi hutan yang disebarkan oleh manusia ke daerah yang tidak seharusnya menjadi malapetaka karena invasif bagi flora dan fauna endemik. Ada juga ikan mas di kota Burnsville, Minesotta. Spesies Asia ini menjadi invasif dan tumbuh super besar. Tahun depan para ahli akan mengeluarkan laporan tentang skala masalah tersebut. Di Montreal, draf target mengurangi penyebaran spesies invasif mencapai setengahnya. Mengusir spesies invasif memiliki efek transformatif, khususnya di pulau-pulau. Seperti Redonda dan Karibia, setelah mengusir tikus dan kambing, pulau yang tadinya tandus kini menjadi pulau hijau lagi.
Restorasi ekosistem
Memperluas kawasan lindung dalam restorasi ekosistem dengan memulihkan 1 miliar hektare termasuk ekosistem darat, laut dan pesisir yang terdegradasi. Angka tersebut kira-kira luasnya seukuran Cina. Bila area sebesar itu dipulihkan maka memberikan manfaat signifikan bagi keanekaragaman hayati dan iklim bumi.
Konflik manusia-hewan liar
Masalah ini juga akan menjadi pembahasan. Bagaimana mengurangi konflik antara manusia dengan hewan liar. Konflik satwa dan manusia terjadi karena ekosistem dari hewan liar terganggu oleh aktivitas manusia.
Berbagai aktivitas manusia mengancam punahnya spesies yang hidup di alam liar, baik itu di daratan, sungai dan di laut. Dalam laporan International Union for Conservation of Nature (IUCN) populasi hewan laut terus menyusut. Salah satunya dugong. Satwa liar di lautan terancam punah akibat aktivitas manusia seperti penangkapan ikan besar-besaran dan eksplorasi energi fosil.
COP15 CBD Montreal penting terutama untuk mencapai target ambisius menjaga kelanjutan kehidupan beragam spesies di bumi.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :