Kabar Baru| 18 Mei 2023
Direktur Utama Forest Digest yang Baru
RAPAT Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Foresta Darmaga Indonesia pada 18 Mei 2023 menetapkan Librianna Arshanti sebagai pemimpin perusahaan yang baru sebagai direktur utama. Shanti, demikian ia biasa disapa, akan menjadi Direktur Utama hingga lima tahun ke depan menggantikan Asep Sugih Suntana yang mengundurkan diri.
Shanti bukan orang baru di PT Foresta Darmaga Indonesia, penerbit Forest Digest. Ia bergabung dengan Forest Digest sejak majalah ini berdiri pada 2016. Ia ikut membidani majalah ini terbit. Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB angkatan 1996 ini bekerja sebagai konsultan. Di Forest Digest ia mengabdikan seluruh waktunya secara sukarela.
Sebagai konsultan, dan pemegang master ilmu lingkungan dari IPB, Shanti banyak menulis tentang isu-isu lingkungan mutakhir. Ia juga mengulas buku-buku atau membuat analisis tentang kebijakan kehutanan yang aktual.
Belakangan Shanti lebih banyak mengurus manajemen Forest Digest. Seiring perkembangan majalah ini, yang merambah web dan event organizer, para sukarelawan memerlukan seorang manajer yang cakap untuk mengatur ritme kerja dan pembagian beban. Kadang-kadang ia juga menjadi moderator webinar yang dibuat oleh Forest Digest.
“Shanti orang yang cocok memimpin Forest Digest,” kata Syamsul Budiman, Komisaris Utama PT Foresta Darmaga. “Ia paham Forest Digest sehingga bisa membawanya lebih maju lagi.”
Tugas Shanti yang utama, kata Syamsul, adalah mengubah model bisnis Forest Digest dari voluntari menjadi semi perusahaan. Kelak, kata dia, Forest Digest memberikan penghargaan yang layak kepada para penulis dan siapa saja yang menyumbangkan waktu dan tenaga di perusahaan ini.
Forest Digest memang berangkat dari kerja sukarelawan. Syahdan, pada 2016, para alumni Fakultas Kehutanan IPB bermimpi memiliki sebuah publikasi ilmiah yang populer sehingga bisa mengkomunikasikan kebijakan dan watak akademik yang serius menjadi lebih mudah dicerna oleh pembaca awam. Sebab, menurut para alumni, isu lingkungan akan menjadi isu masa depan di tengah krisis iklim.
Tahun 2016 adalah tahun pertama pemerintah mengajukan penurunan emisi gas rumah kaca secara formal melalui dokumen nationally determined contributions. NDC adalah kesepakatan 197 negara dalam Perjanjian Paris 2015, Conference of the Parties COP21, sebagai usaha global mencegah dampak buruk pemanasan global. Indonesia berjanji menurunkan emisi 29% persen dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan lembaga internasional dari perkiraan emisi 2030 sebanyak 2,87 miliar ton setara CO2.
Dengan perkembangan terbaru itu, isu lingkungan akan menjadi jangkar dari program pemerintah dan publik Indonesia. Pembangunan ekonomi, eksploitasi sumber daya alam, atau penyediaan energi akan bertolak dari mitigasi krisis iklim. Forest Digest terbit untuk menjadi bagian komunikasi itu. “Harus kita akui tak mudah memahami isu lingkungan yang kompleks,” kata Syamsul.
Dengan mandat baru itu, Shanti berjanji membawa Forest Digest lebih profesional. Ia ingin Forest Digest terdepan dalam memberitakan isu ini. “Juga lebih mendalam analisisnya agar menjadi referensi lebih banyak orang dari segala lapisan,” katanya. “Untuk bumi yang lestari.”
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :